Tiga orang prajurit penerjun payung dari Fallschirmjäger-Regiment 3 /
1.Fallschirmjäger-Division berpose untuk kepentingan propaganda di
sela-sela reruntuhan Biara Montecassino, bulan Februari 1944. Prajurit
di tengah memegang senapan mesin Beretta Modello 38 buatan Italia,
sementara prajurit di sebelah kirinya cukup bersenjatakan
Stielhandgranate di tangan, sementara di sakunya tersembul granat lain
buatan Italia pula. Pada tanggal 15 Februari 1944 pihak Sekutu
membombardir Biara Ordo Santo Benediktus di puncak Montecassino yang
berusia 1.400 tahun, karena menganggapnya sebagai tempat persembunyian
prajurit Jerman (tuduhan yang tak pernah terbukti). Ketika biara
tersebut telah menjadi puing-puing, barulah pasukan Jerman dari unit
Fallschirmjäger masuk untuk menempatinya, dan menjadikannya sebagai
tembok pertahanan dengan memanfaatkan setiap bongkahan batu dan dinding
yang tak beraturan. Selama berbulan-bulan pasukan Sekutu menyerang lagi
dan lagi, hanya untuk dipatahkan oleh para penerjun payung veteran ini
dengan meninggalkan korban besar di pihak penyerbu dari segi manusia dan
perlengkapan. Ketika akhirnya pihak Jerman dipaksa untuk mundur pada
bulan Mei 1944 (setelah terancam dikepung oleh tentara Sekutu yang
berhasil menerobos wilayah di sekelilingnya), mereka melakukannya dengan
begitu cerdiknya, sehingga ketika keesokan harinya musuh akhirnya
berhasil menguasai reruntuhan Montecassino, mereka hanya menemukan 30
orang prajurit yang terluka begitu parah sehingga tak bisa dibawa serta
dan ditinggalkan! Dalam pertempuran sengit di Montecassino yang
berlangsung dari tanggal 17 Januari s/d 18 Mei 1944, pihak Sekutu
(Inggris, Amerika, Prancis, Polandia, dll) tercatat menderita korban
55.000 orang, sementara pasukan Jerman "hanya" 22.000 orang! Cukuplah
julukan "The Green Devils" (Iblis-Iblis Hijau) dari para jenderal Sekutu
sebagai bukti ketangguhan dan kegigihan bertempur dari para
Fallschirmjäger ini...
Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2016/06/foto-pertempuran-monte-cassino-17.html
No comments:
Post a Comment