Saturday, April 30, 2022

Awal Kapal Thor di Balikpapan

Foto ini memperlihatkan para perwira dari hilfskreuzer (kapal penjelajah pembantu) THOR berpose bersama seorang warga pribumi di Balikpapan, Kalimantan (saat itu bernama Borneo), di bulan September 1942. Yang memakai kacamata kedua dari kiri adalah Leutnant zur See Heinz Tischer (Kriegsberichter alias wartawan perang yang mengiringi pelayaran kedua THOR), sementara yang berkacak pinggang dan memakai belati di kanan adalah Dr. Kurt Sudan, perwira administratif THOR. Meskipun kita tidak bisa melihat detailnya, tapi pelaut yang berdiri paling kiri memakai Mützenabzeichen Thor (lencana tradisional Thor) di bagian samping topinya. Orang-orang Jerman ini mengenakan Weißer Dienstanzug - pakaian tugas putih musim panas - dari ujung atas sampai ujung bawah (nggak tahu kalo dalemannyamah!).

Sumber :
Foto koleksi pribadi Martin J.W.

Friday, April 29, 2022

Halftrack Jerman Melewati Katedral Mglin

Foto berwarna asli - yang diambil pada bulan Agustus 1941 ini -  memperlihatkan sebuah halftrack (kendaraan setengah roda) Jerman dari jenis Sd.Kfz.251 Ausf.A yang sedang bergerak maju melewati Katedral Ortodoks Dormition di Mglin, Bryansk Oblast, Uni Soviet. Kendaraan lapis baja satu ini berasal dari 1.Batterie / I.Abteilung / Panzer-Artillerie-Regiment 75 / 3. Panzer-Division. Dalam Unternehmen Barbarossa (Operasi Barbarossa, invasi Jerman atas Rusia) yang dimulai pada tanggal 22 Juni 1941, 3. Panzer-Division menjadi bagian dari Panzergruppe 2 pimpinan "Bapak Pasukan Tank" Heinz Guderian. Pada awal operasi, divisi yang dikomandani oleh Generalleutnant Walter Model ini bertempur di sektor tengah gerak maju pasukan Jerman, tapi kemudian dibelokkan ke arah selatan untuk ikut ambil bagian dalam Pertempuran Kiev (23 Agustus - 26 September 1941). Dari sana, 3. Panzer-Division berpartisipasi dalam Pertempuran Moskow (30 September 1941 - 20 April 1942), dan sempat bergerak maju sampai ke wilayah Tula yang berjarak sekitar 173 kilometer dari ibukota Uni Soviet tersebut, sebelum akhirnya dihentikan oleh pasukan bertahan musuh yang bertempur dengan gila-gilaan.

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/3rd_Panzer_Division_(Wehrmacht)
https://www.facebook.com/photo/?fbid=290564653271517&set=gm.2603839409748599
https://pixpast.com/index.php?catalog=12275&ctypes=photo

Sunday, April 17, 2022

Para Pilot I./JG 26 dengan Jaket Kulit Mereka

 

Contoh foto yang memperlihatkan betapa besar kerugian yang diderita oleh satuan-satuan pemburu Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) dalam palagan "Reichverteidigung" (Pertahanan Reich) di akhir-akhir Perang Dunia II. Foto ini diambil pada awal bulan Oktober 1944, dan memperlihatkan para pilot dari I.Gruppe / Jagdgeschwader 26 (JG 26) yang berpose di depan bangunan Kommandantur lapangan udara Krefeld (Jerman) sambil memamerkan pakaian kulit terbaru mereka. Dari 12 orang yang ada dalam foto ini, hanya empat yang selamat sampai perang berakhir, sementara delapan sisanya akan gugur di sisa delapan bulan peperangan! Baris depan dari kiri ke kanan: Feldwebel Freiberger (1. Staffel, terluka sebagai Oberfeldwebel tanggal 10 Desember 1944 dalam duel udara melawan P-47 Amerika di dekat Holzhausen / Neuß, dan kemudian meninggal akibat luka-lukanya tanggal 2 April 1945); Unteroffizier Emil Brühan (1. Staffel, terluka tanggal 25 Februari 1945 selama pendaratan darurat 2 km timur-laut Ladbergen karena kerusakan mesin, dan meninggal akibat luka-lukanya tanggal 2 Maret 1945); Unteroffizier Heinrich Herbster (3. Staffel, terluka tanggal 31 Maret 1945 oleh tembakan Flak Jerman di dekat Lüdinghausen, tapi berhasil keluar dari pesawat dan selamat); Oberfähnrich Wolfgang Franz (3. Staffel, terbunuh tanggal 26 Maret 1945 dalam pertempuran udara melawan Hawker Tempest Inggris di dekat Lengerich); Unteroffizier Wilhelm Düsing (2. Staffel, terluka tanggal 19 Maret 1945 dalam pertempuran udara melawan P-5I Amerika di dekat Osthevern, berhasil keluar dari pesawat dan selamat), Unteroffizier Hermann Bischoff (satu-satunya yang tidak memakai jaket kulit, 2. Staffel, hilang dalam aksi udara tanggal 23 Desember 1944 setelah berduel melawan Marauder dan P-47 barat-daya Bonn); serta Gefreiter Edwin Zuhaiko (3. Staffel, sama-sama hilang dalam aksi udara tanggal 23 Desember 1944 setelah berduel melawan Marauder dan P-47 barat-daya Bonn). Baris belakang dari kiri ke kanan: tidak diketahui (memegang pipa rokok), Leutnant Hans-Hermann Krieger (1. Staffel, selamat), Unteroffizier Ludwig Sattler (1. Staffel, hilang dalam aksi udara tanggal 26 Desember 1944 saat menjadi pilot 4./IG 26 setelah bertempur melawan P-51 di wilayah Liege-Aachen), Oberfähnrich Heinrich Vandeweerd (3. Staffel, mengenakan medali Eisernes Kreuz I.Klasse, terbunuh tanggal 25 Februari 1945 di dekat Sendenhorst dalam sebuah kecelakaan udara); serta Unteroffizier Heinz Meiss (terbunuh tanggal 13 Maret 1945 sebagai anggota 7./JG 26 dalam pertempuran udara melawan Spitfire di dekat Unna.

Source :
"Luftwaffe im Focus" Edition No.1 - 2002


Saturday, April 16, 2022

Rommel Berdiskusi dengan Para Perwira Wehrmacht

Pada tanggal 30 Maret 1944, Generalfeldmarschall Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Heeresgruppe B und Generalinspekteur der Küstenbefestigungen West) mengadakan pertemuan dengan para perwira Wehrmacht di Canteleu, Normandia, untuk membahas mengenai perkembangan jaringan pertahanan Jerman yang sedang dibangun disana. Foto ini memperlihatkan saat sang mantan Panglima Afrikakorps menunjukkan posisi rumah janda paling semok di peta, sementara di depannya memperhatikan Generalleutnant Wilhelm Richter (Kommandeur 716. Infanterie-Division). Sementara itu, perwira pala botak yang berdiri di tengah adalah General der Panzertruppe Adolf-Friedrich Kuntzen (Kommandierender General LXXXI. Armeekorps). Perwira tinggi Wehrmacht lainnya yang ikut hadir dalam pertemuan di Canteleu tapi tidak nongol dalam foto ini diantaranya adalah: Generalfeldmarschall Gerd von Rundstedt (Oberbefehlshaber West), Generalleutnant Rudolf Hofmann (Chef des Generalstabes 15. Armee), Generalleutnant Dietrich Kraiss (Kommandeur 352. Infanterie-Division), serta Generalmajor Rudolf Stegmann (Kommandeur 77. Infanterie-Division).

Sumber :
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=2403273#p2403273

Wednesday, April 13, 2022

U-553 Kembali ke St. Nazaire

Saat U-553 kembali ke pangkalannya di St. Nazaire (Prancis) dari patrolinya yang kedua pada tanggal 19 Juli 1941, u-boat satu ini tak hanya datang dengan membawa dua buah panji kemenangan, tapi juga periskop dalam kondisi yang rusak berat! Di malam tanggal 11-12 Juni 1941, setelah lima hari berada di samudera, kapten kapal tersebut yaitu Kapitänleutnan Karl Thurmann (4 September 1909 - 20 Januari 1943) memergoki beberapa kapal kargo Sekutu di utara kepulauan Azores yang terpisah dari konvoy OG-64, yang sedang dalam perjalanan ke arah barat. Tidak banyak buang waktu, pada pukul 01:22 dinihari U-553 mentorpedo kapal "Susan Maersk" (2.355 ton). Karena kondisi gelap dan begitu cepatnya kapal uap Inggris tersebut tenggelam, maka hanya hitungan kasar tonase dari korbannya yang bisa dicantumkan di panji kemenangan, dan itupun masih salah pula! Pada pukul 15:05 giliran kapal tanker berbendera Norwegia "Ranella" (5.590 ton) yang diserang oleh U-553. Sebuah torpedo mengenai kapal tersebut, tapi tidak membuatnya nyuksruk ke dasar lautan. Sebuah tembakan dilepaskan sekali lagi pada pukul 15:36, hanya saja torpedonya gagal meledak. Frustokat, Kapitänleutnant Thurmann memerintahkan agar U-553 melintas di bawah haluan "Ranella", yang sekarang dalam kondisi berhenti karena mesinnya rusak. Sayangnya, periskop U-553 belum sepenuhnya diturunkan sehingga mengenai bagian bawah dari kapal korbannya. Akibatnya, alat pengintip andalan u-boat tersebut menyon ke arah belakang sepanjang dua meter. Akhirnya, pada pukul 16:35 sore hari, torpedo ketiga dilepaskan yang mengenai "Ranella" dan membuatnya terbelah dua. Kontolnya eh konyolnya, kapal tersebut masih ogah untuk tenggelam! Dibutuhkan rentetan 100 tembakan peluru dari meriam geladak U-553 yang akhirnya berhasil menenggelamkan dua bagian dari "Ranella". BTW, 29 orang awak kapal Norwegia tersebut sebelumnya telah meninggalkan kapal dengan menggunakan perahu penyelamat dan mencapai Azores 12 hari kemudian. Semua keterangan ini didapatkan dari buku "Die U-Boot Fahrer - Die Boote, die Besatzungen und ihr Admiral" karya Lothar-Günther Buchheim halaman 160-161.

Sumber :
Majalah "U-Boot Im Focus" edisi no.2 - 2007

Thursday, April 7, 2022

Pembawa Bendera Wehrmacht

 
Prajurit-prajurit muda Angkatan Darat Jerman dalam sebuah foto yang diambil di sebuah upacara di tempat dan waktu yang tidak diketahui. Mereka memegang bendera resimen-resimen jaga (Garde-Regiment) yang pernah aktif di masa Kekaisaran Jerman, berpuluh tahun sebelumnya. Melihat dari ringkragen (gorget) serta sash (selempang) yang dikenakan, bisa disimpulkan bahwa mereka merupakan anggota fahnenträger (pembawa bendera). Melihat dari keberadaan Reichsadler (elang Reich) serta stahlhelm M18 yang mereka kenakan, maka kemungkinan besar foto ini diambil pada kurun waktu antara tahun 1934 (saat Reichsadler mulai ditempelkan di bagian dada) sampai dengan tahun 1935 (saat stahlhelm M35 mulai diperkenalkan). Di era Reichswehr (Angkatan Bersenjata Republik Weimar) sampai dengan tahun 1936, hanya beberapa batalyon serta kompi independen yang mempunyai bendera unit sendiri. Pada tanggal 16 Maret 1936 dikeluarkan Heeresverordnungsblatt (Peraturan Angkatan Darat) terbaru yang, salah satunya adalah, mewajibkan penggunaan bendera terpisah untuk semua unit Angkatan Bersenjata Jerman, dari level resimen sampai batalyon. Semua bendera ini harus mempunyai satu kesamaan: terdapat lambang swastika dan elang negara di dalamnya.

Sumber :
Buku "Deutsche Uniformen 1919-1945" karya Ricardo Recio Cardona

Sunday, April 3, 2022

Prajurit Heer Memakai Feldmütze M34

Proses untuk memperbaharui pakaian serta perlengkapan perang Heer (Angkatan Darat Jerman) sebenarnya telah dimulai dari sejak tahun 1930, tiga tahun sebelum Hitler naik ke tampuk kekuasaan, meskipun skalanya masih belum masif dan sebagian besar dilakukan secara sembunyi-sembunyi dikarenakan adanya pembatasan Perjanjian Versailles yang telah diterapkan dari tahun 1919. Foto ini memperlihatkan penampakan feldmütze (topi lapangan) khusus untuk prajurit dan bintara yang mulai dibagikan dari bulan Maret 1934. Satu bulan sebelumnya diberlakukan peraturan baru yang mewajibkan penggunaan "hoheitsabzeichen" (lambang negara) berbentuk elang yang memegang swastika, yang dipakai di bagian dada kanan, topi/helm serta kepala ikat pinggang. Tentu saja pemakaiannya tidak langsung merata ke semua unit Angkatan Darat, seperti tampak dalam foto ini dimana hanya bintara di sebelah kanan yang mengenakan "Reichsadler", sementara prajurit-prajurit lainnya masih tetap polos dan belum mengenal dosa (aseek).

Sumber ;
Buku "Deutsche Uniformen 1919-1945" karya Ricardo Recio Cardona

Claus von Stauffenberg Berkuda

Claus von Stauffenberg sebagai seorang perwira berkuda. Dalam keterangan aslinya di Bundesarchiv dikatakan bahwa foto ini diambil pada saat dia masih bertugas di Reiter-Regiment 17 di Bamberg. Tapi, sama seperti sebagian keterangan lain dari badan arsip utama Jerman tersebut, keterangan ini adalah keliru, beibeh! Stauffenberg bertugas di Reiter-Regiment 17 dari tanggal 1 April 1926 s/d 17 Oktober 1927 (saat dia dipindahkan ke Infanterieschule Dresden). Pada saat itu pangkatnya masih Fahnenjunker alias calon perwira, sementara dalam foto ini kita bisa melihat bahwa dia sudah mengenakan atribut perwira (perhatikan schulterklappen, kragenspiegel, leibriemen serta offiziershose yang dikenakannya). Sang calon penentang Hitler sendiri dipromosikan menjadi Leutnant baru pada tanggal 1 Januari 1930. Selain itu, keberadaan Reichsadler (Elang Reich) model pertama di dada menunjukkan bahwa foto ini setidaknya diambil paling awal pada tahun 1934 saat insignia bawaan Nazi tersebut pertama kali diperkenalkan. Karenanya, berdasarkan data primbon yang saya miliki, saya berpendapat bahwa foto ini diambil pada kurun waktu antara bulan Oktober 1934 s/d Oktober 1936 saat Stauffenberg menjadi Adjutant Kavallerieschule Hannover (Ajudan Sekolah Kavaleri Hannover) dengan pangkat Oberleutnant.

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Claus_von_Stauffenberg

Leutnant Hans-Ulrich von Oertzen

 
Leutnant Hans-Ulrich von Oertzen tersenyum lebar saat berlangsungnya jeda latihan perang yang diselenggarakan oleh Wehrmacht di tahun 1937-1938. Oertzen (6 Maret 1915 - 21 Juli 1944) lahir di Berlin dari keluarga aristokrat Prusia. Dia mengikuti jejak ayahnya dengan masuk di ketentaraan, lalu kemudian dilatih untuk menjadi seorang perwira staff. Selama berlangsungnya Perang Dunia II dia dipromosikan menjadi Major i.G. (im Generalstab), dan pada tahun 1943 telah bertugas di staff Heeresgruppe Mitte di bawah pimpinan Generalmajor Henning von Tresckow (yang merupakan salah seorang anggota utama gerakan bawah tanah penentang Hitler dalam tubuh Wehrmacht). Oertzen kemudian terlibat aktif dalam gerakan tersebut dengan membantu Claus von Stauffenberg dalam perencanaan upaya kudeta. Pada tanggal 26 Maret 1944 dia menikah dengan Ingrid von Langenn-Steinkeller (sekitar 240 surat yang dia tulis untuk istrinya dari tahun 1942 s/d 1944 kemudian dibukukan pada tahun 2005). Pada saat terjadinya Peristiwa Bom 20 Juli 1944, Oertzen bertugas sebagai perwira penghubung di Wehrkreis III Berlin. Dialah yang meneruskan perintah pertama yang dikirimkan oleh Stauffenberg. Setelah kegagalan usaha kudeta tersebut, di hari yang sama Oertzen ditangkap dan diinterogasi oleh General der Infanterie Joachim von Kortzfleisch serta Generalleutnant Karl Freiherr von Thüngen (yang terakhir sebenarnya adalah anggota gerakan perlawanan juga!). Tak ada satupun bukti yang ditemukan yang mengkaitkan keterlibatan Oertzen dalam plot tersebut, sampai akhirnya keesokan harinya seorang sekretaris melaporkan bahwa dia pernah melihat sang perwira staff bersama dengan Stauffenberg. Ketika mengetahui bahwa tak lama lagi Gestapo akan datang untuk menangkapnya, Major i.G. Hans-Ulrich von Oertzen kemudian memutuskan untuk bunuh diri dengan meledakkan dua granat tangan yang dibawanya...

Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2011/05/album-foto-tertawa-nazi-jerman.html

Legion Freies Arabien

Foto propaganda hasil jepretan Kriegsberichter Schlickum dari Propaganda-Kompanie 690 ini memperlihatkan tiga orang anggota Legion Freies Arabien - salah seorang di antaranya berkulit hitam - yang sedang bersantai di sebuah tempat di Yunani, tanggal 23 September 1943. Si hitam nampaknya sedang bercanda sambil berakrobat di hadapan teman-temannya, yang terbukti dari kursi "maut" yang ia duduki, yang berada di atas kereta yang ditarik oleh dua ekor keledai!

Ketika Perang Dunia II berkobar, sejumlah tokoh nasionalis Arab berpaling pada Jerman Nazi untuk memperoleh bantuan guna membebaskan negeri mereka dari kekuasaan Inggris serta mencegah pembentukan sebuah negara Yahudi di Palestina. Demi mencapai cita-citanya itu, mereka juga meminta bantuan Hitler untuk membentuk dan mempersenjatai sebuah tentara pembebasan Arab yang akan berjuang bersama-sama pasukan Poros.

Tokoh Arab yang memiliki peranan besar dalam pembentukan formasi-formasi militer Arab yang bertempur di bawah komando kaum Nazi adalah Mufti Besar Yerusalem, Amin al-Husayni (Huseini). Pada tahun 1942, beberapa bulan setelah kedatangannya di Jerman, dengan seizin Hitler dia mulai membentuk apa yang dinamakannya sebagai Al-Mufraza al-Arabia al-Hura. Anggotanya direkrut dari antara para pelajar Arab yang berada di Jerman, para tawanan perang Arab yang ditangkap saat bertugas dengan tentara Sekutu, dan para pelarian yang mengikutinya ke Jerman. Mereka mengenakan seragam standar Wehrmacht yang disulam dengan panji bertuliskan "Freies Arabien" (Arab Merdeka).

Legiun Arab ini dihimpun di bawah komando Deutsche-Arabische Lehrabteilung. Sebagian di antara mereka dikirimkan ke Rusia Selatan untuk membantu Hitler merebut ladang-ladang minyak Irak melalui Kaukasus. Yang lainnya ditugaskan di bawah Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang memimpin Afrikakorps untuk merebut Timur Tengah lewat Mesir. Mereka terlibat pertempuran sengit dengan Tentara Merah Soviet maupun Inggris, menderita korban besar, dan gagal memenuhi ambisi Sang Mufti untuk menjadi pasukan pelopor pembebasan bangsa Arab dari tangan tirani asing.

Pada bulan Mei 1943, setelah kekalahan pihak Poros di Tunisia dan penarikan tentara Jerman dari Kaukasus, OKW memerintahkan agar sisa-sisa sukarelawan Arab dari Deutsche-Arabische Lehrabteilung, yang sebagian besar terdiri atas orang Maroko, dihimpun ke dalam sebuah unit baru: Deutsche-Arabische Infanterie Bataillon 845.

Kader batalyon tersebut disusun di kamp pelatihan Döllersheim yang berada di utara Linz, Austria. Pada awalnya, batalyon Arab itu terdiri atas empat kompi. Sekalipun dibentuk sebagai sebuah batalyon infanteri, tetapi salah satu kompinya merupakan sebuah unit pasukan payung! Batalyon itu sendiri terutama dilatih dalam taktik-taktik perang gerilya.

Pada bulan November 1943, setelah menyelesaikan pelatihannya, batalyon Arab tersebut dikirimkan ke Yunani. Tugas awal mereka adalah menjaga jalur kereta api yang vital di sebelah utara Salonika. Batalyon itu berada di daerah di dekat Laut Aegea ini hingga musim semi 1944, dimana mereka kemudian dipindahkan ke Pelopennesus. Disana mereka ditugaskan sebagai satuan pengamanan di bawah komando Divisi Perbentengan Jerman ke-41.

Di antara unit-unit Jerman yang bertugas di Yunani terdapat sebuah kesatuan yang ganjil. Di antaranya adalah unit-unit hukuman Angkatan Darat. Banyak di antara anggotanya adalah bekas tahanan politik yang anti-Nazi, yang direkrut karena mesin perang Jerman kekurangan sumber daya manusia untuk mempertahankan dan menjaga wilayah kekuasaannya yang sebegitu luas. Akibatnya, kesetiaan mereka terhadap Hitler sangat diragukan, dan malahan banyak yang membelot ke pihak gerilyawan Yunani!

Sebagai unit pengamanan, Batalyon 845 kadang kala bertugas dengan para prajurit hukuman tersebut. Karena itu, tidaklah mengherankan jika pengaruh buruk para prajurit anti-Nazi itu tersebar pula di kalangan para prajurit Arab. Bahkan terdapat beberapa kasus desersi dalam Batalyon 845. Misalnya, kasus tiga orang prajurit Arab yang melakukan desersi dengan membawa senjata mereka pada bulan November 1943.

Demoralisasi juga melanda para prajurit Arab. Hauptmann von Voss, komandan kompi ke-1 batalyon tersebut, menceritakan beberapa kasus menarik mengenai mentalitas orang-orang Arab itu.

Kisah pertama berhubungan dengan seorang prajurit bernama Ali ben Mohammed. Pada suatu hari, dia mendatangi perwira medis dan meminta agar dirumahsakitkan. Namun setelah diperiksa, si perwira menemukan bahwa Ali benar-benar sehat!

"Mengapa kamu ingin dirumahsakitkan?" tanya perwira itu heran, "kamu kan tidak sakit?"

"Yang lain dirawat di rumah sakit. Kenapa aku tidak bisa?" tukas Ali.

"Kamu sehat, jadi kamu tidak boleh dirumahsakitkan!" bentak si perwira.

Ali berbalik ke arah pintu, yang mempunyai sebuah panel kaca. Dia kemudian membenturkan kepalanya ke panel itu. Berlumuran darah dan dengan pecahan kaca menancap di kulit kepalanya, dia mendatangi perwira medis itu lagi dan berkata, "sekarang saya sudah sakit, bukan?"

Pada kesempatan lainnya dalam suatu latihan, seorang prajurit bernama Mahmood tiba-tiba melemparkan senapannya dan merebahkan tubuh di tanah.

"Ich nicht soldat (saya bukan prajurit)!" jeritnya.

Salah seorang rekannya, yang merasa malu dengan kelakuan Mahmood, mencabut bayonetnya dan menyayat kepalanya sendiri sebanyak lima atau enam kali hingga membuat tulang di bawah kulit kepalanya terlihat!

Sikap menjunjung tinggi kehormatan diri dalam budaya Arab sendiri menimbulkan sejumlah masalah serius di dalam batalyon itu. Pada suatu hari, dua orang Arab mengejek seorang prajurit karena kecenderungan homoseksualnya. Pada malam harinya, prajurit yang diejek itu mengambil senapannya, menempelkannya di belakang telinga salah seorang pengejeknya, dan menarik picunya!

Selama bertugas di kawasan pegunungan Helicon di Yunani Selatan, Batalyon 845 membuktikan kemampuannya dalam memerangi gerilyawan ELAS Yunani yang berhaluan Komunis. Berkat pelatihan dan naluri alaminya, para prajurit Arab dengan mudah menyesuaikan diri untuk menghadapi berbagai taktik para gerilyawan. Mereka juga berhasil menangkap beberapa agen Sekutu yang dikirimkan untuk membantu gerilyawan Yunani.

Keberanian para prajurit Arab dalam menantang maut serta menahan rasa sakit juga mengundang rasa kagum dari atasan Jerman mereka. Sekalipun demikian, Hauptmann von Voss juga mengkritik anak buahnya karena kecenderungan mereka untuk menjarah dan memperkosa, terutama selama pertempuran di Kyriaki.

Efektifitas Batalyon 845 membuat komando Jerman berencana untuk meningkatkan kekuatannya. Para sukarelawan tambahan, yang terdiri atas orang-orang Arab yang tinggal di Eropa dan sejumlah tawanan perang Sekutu, dikumpulkan di Zwetll, Cekoslowakia, pada awal September 1944. Namun rencana untuk membentuk sebuah unit baru yang akan ditempatkan pada batalyon tersebut tidak pernah terwujud karena arah peperangan yang semakin merugikan Jerman.

Menjelang akhir musim panas tahun 1944, pasukan Jerman di Yunani terancam terpotong oleh serangan besar-besaran Tentara Merah yang telah menaklukkan Bulgaria dan Rumania serta sedang bergerak maju memasuki Yugoslavia dan Hungaria. Untuk menghindari bencana itu, pada bulan Oktober 1944 pasukan Jerman mulai menarik diri dari Yunani selatan menuju Yugoslavia. Batalyon 845 sendiri bertugas melindungi penarikan mundur tersebut.

Batalyon 845 mengundurkan diri melalui rute Larissa di Yunani, Bitolj, dan Skoplje di Makedonia, lalu Kraljevo dan Uzice di Serbia. Mereka sempat terlibat pertempuran sengit dengan kaum partisan Yugoslavia untuk memperebutkan Bukit 734 di Uzice. Pada bulan Februari 1945, akhirnya mereka tiba di Sarajevo, Bosnia Herzegovina. Setelah beristirahat dan direorganisasi, batalyon Arab itu ditugaskan di kawasan antara sungai Sava dan Danube.

Pada bulan Maret dan April 1945, batalyon Arab itu beroperasi di sebelah tenggara Vinkovci di Srem. Pada akhir bulan April mereka ditarik mundur ke Vukovar, sebelum akhirnya ditempatkan di sebelah barat Zagreb, Kroasia. Di tempat itulah riwayat batalyon Arab tersebut berakhir. Mereka menyerah kepada kaum Partisan, yang menempatkan orang-orang Arab itu di sebuah kamp tawanan khusus hingga mereka dibebaskan satu tahun kemudian.


Sumber :
Buku "Der Freiwillige: Kisah-Kisah Sukarelawan Asing dalam Tentara Hitler" karya Nino Oktorino
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2011/02/deutsche-arabische-infanteri-bataillon.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Free_Arabian_Legion

Friday, April 1, 2022

Erwin Rommel dan Joachim Müncheberg

 
Pertemuan antara Oberleutnant Joachim Müncheberg (Staffelkapitän 7.Staffel / III.Gruppe / Jagdgeschwader 26) dengan sang "Rubah Padang Pasir" General der Panzertruppe Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps) di medan perang Afrika Utara, bulan Juni-Juli 1941. Di belakang mereka terparkir pesawat pembom Heinkel He 111 H4 VG+ES (WNr 4085) yang berfungsi sebagai "Kurierstaffel v.b.z. Afrika" (pesawat transportasi pribadi Rommel). Disini Rommel tampaknya akan atau sudah melakukan perjalanan udara, yang terlihat dari schwimmweste (jaket pelampung) yang dikenakannya. Sementara itu, tidak terlihat dari sudut ini adalah perban di lutut kiri Müncheberg yang didapatkannya setelah dia terluka dalam kompetisi olahraga di Erfurt bulan Mei 1941 sebelumnya (dia terjatuh saat ikut lomba lari gawang sepanjang 110 meter!). Oberleutnant Müncheberg dan Staffel pimpinannya merupakan satu-satunya elemen dari Jagdgeschwader 26 (JG 26) yang beroperasi di Afrika Utara, dan itupun hanya selama bulan Juni dan Juli saja. Selama keberadaannya yang singkat tersebut, 7. Staffel tercatat menembak jatuh delapan pesawat Inggris, dengan lima diantaranya dibukukan oleh sang Staffelkapitän! Foto ini sendiri dibuat oleh Kriegsberichter Opper dari KB-Kp. Lw. 7 (Kriegsberichter-Kompanie Luftwaffe 7) dan, bila anda jeli, anda bisa melihat sandal hasil modifikasi lapangan dari sepatu yang dipakai oleh Joachim Müncheberg!

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Joachim_M%C3%BCncheberg