Sunday, September 20, 2020

Upacara Penganugerahan Ritterkreuz untuk Michael Fischer

Upacara penganugerahan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Oberleutnant d.R. Michael Fischer, yang diselenggarakan pada bulan April 1943. Ikut hadir dalam acara itu para Ritterkreuzträger (peraih Ritterkreuz) dari Flaktruppen (Pasukan Senjata Anti Pesawat Udara). Dari kiri ke kanan: Wachtmeister Otto Gemünden (Geschützführer di 1.Batterie / I.Abteilung / Flak-Regiment 49 / Flak-Regiment 37. Ritterkreuz tanggal 12 Oktober 1942), Oberleutnant der Reserve Michael Fischer (Batteriechef di I.Abteilung / Flak-Regiment 14 [motorisiert]. Ritterkreuz tanggal 8 April 1943), Hauptmann Walter Hartig (Chef 3.Batterie / leichte Flak-Abteilung 91 [motorisiert]. Ritterkreuz tanggal 4 Februari 1942), serta Oberleutnant Max Wippermann (Chef 7.Batterie / II.Abteilung / Flak-Regiment 4. Ritterkreuz tanggal 16 November 1942).



Sumber : 

https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=2135110#p2135110

https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?f=5&t=29879&start=16200

Monday, August 17, 2020

Walter Model dalam Inspeksi Wilayah Rzhev

Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi ini memperlihatkan Generaloberst Walter Model (Oberbefehlshaber 9. Armee) dalam sebuah kunjungan inspeksi, yang berjalan dengan diikuti oleh General der Infanterie Hans Zorn (Kommandierender General XXXXVI. Panzerkorps) di belakangnya. Pada musim panas tahun 1942, XXXXVI. Panzerkorps berada di bawah komando 9. Armee, dan beroperasi di sekitar Rzhev. Wilayah tersebut berjarak 230 kilometer sebelah barat Moskow, dan direbut oleh pasukan Jerman pada musim gugur tahun sebelumnya sehingga membawa mereka ke gerbang ibukota Soviet. Ketika serangan balik Tentara Merah memukul mundur tentara-tentara Jerman, Rzhev menjadi satu-satunya wilayah di sekitar Moskow yang masih mampu dikuasai oleh Wehrmacht. Pada bulan Juli dan Agustus 1942, Stalin memerintahkan dua orang panglimanya, Georgy Zhukov dan Ivan Konev, untuk melakukan serangan habis-habisan demi merebut kembali Rzhev. Apesnya, wilayah tersebut kini sebagian besar dikuasai oleh 9. Armee pimpinan Jenderal Walter Model, PAKAR PERTAHANAN TERBAIK yang dimiliki oleh Jerman. Selama musim panas tahun 1942, Tentara Merah berkali-kali menyerang Rzhev dari berbagai arah, hanya untuk menemui kegagalan di hadapan pertahanan rumit dan berlapis yang digalang oleh Model. Hanya dalam beberapa bulan pertempuran, 486.000 orang pasukan penyerbu Soviet kehilangan 300.000 anggotanya yang tewas, hilang, terluka atau ditawan! Korban mengerikan yang mereka derita, ditambah dengan sedikit hasil yang diperoleh, membuat pertempuran di sekitar Rzhev dijuluki sebagai "The Rzhev Meat Grinder" (Penggiling Daging Rzhev). Pada bulan Oktober 1942, saat ofensif Stalin untuk sementara dihentikan, posisi kedua belah pihak bisa dibilang tak banyak berubah. Atas jasa-jasanya dalam Pertempuran Rzhev ini, Generaloberst Model dianugerahi medali Schwerter untuk Ritterkreuz-nya, yang diserahkan langsung oleh Hitler di markas besarnya pada bulan April 1943.

Sumber :
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10217084776665047&set=pcb.1119730698212352&type=3&theater

Para Jagoan Udara dari JG 51 "Mölders"

Empat orang jagoan udara dari I.Gruppe / Jagdgeschwader 51 (JG 51) "Mölders" yang juga adalah Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz), dalam sebuah foto yang diambil pada musim semi 1942. Dari kiri ke kanan: Oberfeldwebel Heinrich "Tubby" Höfemeier (Flugzeugführer di 1.Staffel / Jagdgeschwader 51. Ritterkreuz tanggal 5 April 1942; total 96 kemenangan udara; gugur tanggal 7 Agustus 1943), Leutnant Erwin Fleig (Staffelkapitän 2.Staffel / Jagdgeschwader 51. Ritterkreuz tanggal 12 Agustus 1941; total 66 kemenangan udara; ditawan tanggal 29 Mei 1942 setelah bail-out seusai dogfight melawan MiG 3 Rusia), Hauptmann Heinz "Pritzl" Bär (Staffelkapitän 1.Staffel / Jagdgeschwader 51. Ritterkreuz tanggal 2 Juli 1941, Eichenlaub tanggal 14 Agustus 1941, dan Schwerter tanggal 16 Februari 1942; total 222 kemenangan udara), serta Hauptmann Heinrich "Gaudi" Krafft (Gruppenkommandeur I.Gruppe / Jagdgeschwader 51. Ritterkreuz tanggal 18 Maret 1942; total 78 kemenangan udara; gugur tanggal 14 Desember 1942). Mereka semua mengenakan fliegeranzug (pakaian penerbang), dengan Höfemeier dan Bär mengenakan jaket khusus pilot tempur yang dijuluki sebagai "Messerschmitt Jacke".

Sumber :
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?f=5&t=29879&p=2171141&hilit=fleig+b%C3%A4r#p2171141

Sunday, August 16, 2020

Fallschirmjäger Eben Emael

Bisa dibilang bahwa inilah foto paling terkenal yang memperlihatkan para Fallschirmjäger (pasukan terjung payung) Jerman pemberani dari Sturmgruppe Granit / Sturmabteilung Koch yang menyerbu benteng Eben-Emael (Belgia) pada tahun 1940. Mereka difoto sekembalinya di barak Köln-Delbrück, Jerman, pada tanggal 12 Mei 1940, tak lama sebelum upacara penganugerahan medali Eisernes Kreuz II.Klasse untuk para anggota Sturmabteilung Koch. Tapi siapakah sebenarnya mereka? Dari kiri ke kanan: Edmund 'Eddi' Schmidt (Trupp 4. Meninggal tahun 1991), Gerhard Becker (Trupp 5. Meninggal tahun 1986), Franz Jannowski (Trupp 5. Nasib setelahnya tidak diketahui), Karl Polzin (Trupp 4. Tewas ditembak oleh rekan sendiri saat mabuk-mabukan pada tahun 1941), Wilhelm Stucke (Trupp 1. Terbunuh dalam Pertempuran Kreta tahun 1941), Harm Mülder (Trupp 7. Nasib setelahnya tidak diketahui), Wilhelm Ölmann (Trupp 2. Nasib setelahnya tidak diketahui), dan Peter Zirwes (Trupp 6. Terbunuh di Rusia tahun 1942). Sebagai fotografernya adalah Oberfeldwebel Helmut Wenzel (Trupp 4). Terlihat sebagian muka dan helm mereka dilumuri oleh tanah liat sebagai sebuah tindakan kamuflase sederhana. Para Fallschirmjäger dalam foto ini mengenakan jaket penerjun payung model pertama, dengan dalaman Fliegerbluse. Uniknya, Jäger Schmidt di sebelah kiri mengenakan hoheitsadler (lambang elang) Heer dan bukannya Luftwaffe. Ini karena pada awalnya pasukan penerjun payung Jerman dibentuk oleh Angkatan darat sebelum kemudian dialihtugaskan ke Angkatan Udara. Sebagian anggota awal memilih untuk tetap mengenakan jaket lama dengan adler Heer, sebagai sebuah kebanggaan bahwa mereka termasuk ke dalam generasi pertama Fallschirmjäger Jerman.

Sumber :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10215206242104111&set=gm.3765629170130883&type=1&theater

Tuesday, August 11, 2020

Erwin Rommel Sebagai Pengajar di Kriegsschule Potsdam

Dari kiri ke kanan: Oberstleutnant Johannes Frießner (Lehrgruppenkommandeur der Lehrgruppe B an der Kriegsschule Potsdam), Oberst Wilhelm Wetzel (Kommandeur Kriegsschule Potsdam), dan Oberstleutnant Erwin Rommel (Lehrgruppenkommandeur der Lehrgruppe A an der Kriegsschule Potsdam). Tidak ada keterangan kapan dan dimana foto ini diambil, tapi kemungkinan besar pada musim panas tahun 1937 saat ketiga orang tersebut sama-sama bertugas di Kriegsschule Potsdam. Selama masa mengabdinya di sekolah perang terpenting Angkatan Darat Jerman tersebut, Rommel menyempatkan diri untuk menulis buku "Infanterie Greift an" (Serangan Infanteri), yang kemudian dijadikan sebagai buku pegangan dalam pelatihan pasukan pejalan kaki di banyak negara. Pada tahun 1936 Rommel diperbantukan sebagai pengawal pribadi sementara Hitler dalam Reichsparteitag Nürnberg. Sang Führer begitu terkesan atas kecakapan sang perwira muda berbakat tersebut, sehingga dia kemudian memilih Rommel untuk menjadi komandan markas dan satuan pengawal pribadinya dalam kurun waktu 1938-1940.


Sumber :
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=2282081#p2282081

Monday, August 10, 2020

Pameran "Der Sieg im Westen" di Wina

Foto ini diambil pada tanggal 18 November 1940, dan memperlihatkan para petinggi Nazi yang sedang meninjau pameran Wehrmacht berjudul "Der Sieg im Westen" (Kemenangan di Barat) yang digelar di Heldenplatz, Wina, Ostmark (Austria). Pameran ini menampilkan rangkaian propaganda yang berkaitan dengan kemenangan gilang-gemilang pasukan Jerman dalam penyerbuan ke Prancis dan Negara-Negara Bawah beberapa bulan sebelumnya. Sebagai identifikasi orang-orang yang ada dalam foto ini adalah, baris depan dari kiri ke kanan: Hugo Jury (Gauleiter Reichsgau Niederdonau und Reichsstatthalter Niederösterreich), Baldur von Schirach (Gauleiter und Reichsstatthalter Reichsgau Wien), Reichsmarschall Hermann Göring (Oberbefehlshaber der Luftwaffe), dan Generalfeldmarschall Wilhelm List (Oberbefehlshaber 12. Armee). Identifikasi tambahan: baris belakang diantara Jury dan Schirach adalah Charakter als Generalmajor Edmund Glaise-Horstenau (General z. b.V. beim Oberkommando der Wehrmacht); yang kepalanya tertutup oleh Göring adalah SS-Gruppenführer Dr.jur. Ernst Kaltenbrunner (Höherer SS- und Polizeiführer Donau); diantara Göring dan List adalah General der Kavallerie Eberhard von Mackensen (Chef des Generalstabes 12. Armee); serta paling kanan di belakang List adalah Generalleutnant Hans Graf von Sponeck (Kommandeur 22. Luftlande-Infanterie-Division).


Sumber :
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=1385037#p1385037
https://www.treasurebunker.com/forums/index.php?/topic/2864-high-quality-color-exceptional-bw-photographs-german-side/

Sunday, August 9, 2020

Hans von Salmuth Menginspeksi Pasukan Jerman

Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi ini memperlihatkan saat Generaloberst Hans von Salmuth (tengah, Oberbefehlshaber 15. Armee) sedang menginspeksi pasukan pertahanan Jerman dari 49. Infanterie-Division di sekitar wilayah pantai Boulogne, Prancis, pada tahun 1944, tak lama sebelum pasukan Sekutu mendarat di Normandia. Berdiri paling kiri adalah General der Artillerie Johann Sinnhuber (Kommandierender General LXXXII. Armeekorps), sementara yang paling kanan adalah Generalleutnant Sigfrid Macholz (Kommandeur 49. Infanterie-Division). Dari sejak pembentukannya di bulan Februari 1944 sampai dengan bulan Mei 1944, 49. Infanterie-Division (Macholz) berada di bawah komando LXXXII. Armeekorps (Sinnhuber) yang merupakan bagian dari 15. Armee (Salmuth). Divisi ini beroperasi di sekitar Boulogne, Prancis, sebelum kemudian ditarik ke Paris pada bulan Agustus 1944 dan mundur lagi ke Aachen satu bulan setelahnya. Ketiga jenderal dalam foto ini sendiri adalah para Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes): Salmuth mendapatkannya pada tanggal 19 Juli 1940, Sinnhuber tanggal 5 Juli 1941, dan Macholz tanggal 16 Oktober 1944.

Sumber :
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10218313815990262&set=p.10218313815990262&type=1&theater

Monday, August 3, 2020

Heinrich von Vietinghoff dan Perwiranya

Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi ini memperlihatkan, dari kiri ke kanan: General der Panzertruppe Heinrich von Vietinghoff-Scheel (Kommandierender General XXXXVI. Armeekorps [motorisiert]) yang sedang berbincang-bincang dengan Major im Generalstab Joachim Sadrozinski (Ia Operationsführer XXXXVI. Armeekorps [motorisiert]) di depan sebuah Omnibus yang difungsikan sebagai Befehlswagen (Kendaraan Komando) Korpsnya. Beberapa hal yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah: ① Taktische Zeichen (marking taktis) Korps Wehrmacht, ② strip pink di celana untuk anggota perwira staff, ③ strip merah di celana untuk yang berpangkat jenderal, dan ④ plakat bertuliskan "Befehlswagen Ia" (kendaraan komando untuk Kepala Operasi). Tidak ada keterangan kapan dan dimana foto ini diambil, tapi kemungkinan besar di Rusia pada musim panas tahun 1941 sewaktu berlangsungnya Unternehmen Barbarossa. Dalam operasi penyerbuan Jerman atas Uni Soviet tersebut, XXXXVI. Armeekorps (motorisiert) beroperasi di sektor tengah Front Timur dan berada di bawah komando Heeresgruppe Mitte. Von Vietinghoff menjadi Komandan-jenderal XXXXVI. Armeekorps (motorisiert) dari tanggal 1 November 1940 s/d 10 Juni 1942 (saat korps infanteri bermotor tersebut diupgrade menjadi korps panzer), sementara Sadrozinski menjadi Kepala Operasi XXXXVI. Armeekorps (motorisiert) dari bulan Oktober 1940 s/d Mei 1942.


Sumber :
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10220380242729639&set=p.10220380242729639&type=1&theater

Video Jenderal Jerman yang Menyerah di Afrika Utara

Para perwira tinggi Jerman yang ditangkap oleh Sekutu di Tunisia terlihat baru saja tiba di Maison Blanche aerodrome, Aljazair, pada tanggal 13 Mei 1943. Identitas mereka kemudian diperiksa oleh petugas yang berwenang. Setelahnya, para jenderal ini menaiki pesawat yang akan membawa ke kamp penampungan sementara di Inggris. Beberapa wajah yang bisa dikenali diantaranya adalah: General der Panzertruppe Gustav von Vaerst (Oberbefehlshaber 5. Panzerarmee. Ditangkap pada tanggal 9 Mei 1943 di Bizerte), Generalleutnant Karl Bülowius (General der Pioniere Heeresgruppe "Afrika" und Kommandeur Panzer-Division "Von Manteuffel". Ditangkap pada tanggal 9 Mei 1943 di Tunis), Generalleutnant Willibald Borowietz (Kommandeur 15. Panzer-Division. Ditangkap pada tanggal 10 Mei 1943 di Tunis), Generalmajor Fritz Krause (Kommandeur 334. Infanterie-Division. Ditangkap pada tanggal 9 Mei 1943 di Bizerte), Generalmajor Luftwaffe Dipl.Ing. Gerhard Bassenge (Kommandant Festungsbezirks Tunis-Bizerte. Ditangkap pada tanggal 9 Mei 1943 di Methelin), Generalmajor Luftwaffe Georg Neuffer (Kommandeur 20. Flak-Division. Ditangkap pada tanggal 10 Mei 1943 di Tunis), dan Oberst im Generalstab August-Viktor von Quast (Chef des Generalstabes 5. Panzerarmee. Ditangkap pada tanggal 9 Mei 1943 di Bizerte).


Sumber :
https://www.iwm.org.uk/collections/item/object/1060034955

Saturday, August 1, 2020

Theodor Eicke Komandan Divisi Totenkopf di Demyansk

 SS-Obergruppenführer und General der Waffen-SS Theodor Eicke (Kommandeur SS-Division Totenkopf) bersama dengan ajudannya, SS-Hauptsturmführer Otto Friedrich (kanan), di wilayah Demyansk pada tanggal 1 Mei 1942, dimana unitnya telah terkepung oleh pasukan Rusia dari sejak tanggal 8 Februari 1942. Dalam Pertempuran tersebut Eicke ikut merasakan penderitaan para prajuritnya. Dia berkemah di tumpukan salju, mengenakan pakaian basah selama berhari-hari, berkali-kali terekspos oleh tembakan musuh, dan memakan ransum yang sama seperti yang diterima oleh prajurit berpangkat paling rendah! Tidak heran kalau anakbuahnya menjadi begitu memuja pimpinan mereka, dan memanggil Eicke dengan sebutan "Papa". Ajudannya Friedrich mempunyai akhir kehidupan yang sama dengan bossnya: mereka berdua tewas saat pesawat yang membawanya jatuh satu tahun kemudian. Pada tanggal 26 Februari 1943, selama berlangsungnya fase awal Pertempuran Ketiga Kharkov, pesawat pengintai ringan Fieseler Fi 156 Storch yang membawa mereka ditembak jatuh oleh senjata anti-pesawat Rusia diantara desa Artil'ne dan Mykolaivka, sekitar 105 kilometers di selatan Kharkov dekat Lozova. Pesawat tersebut jatuh di wilayah yang masih dikuasai oleh pasukan Soviet. Mengetahui kabar mengejutkan tersebut, Divisi Totenkopf mengirimkan beberapa unit kecil berani mati demi untuk menyelamatkan jenazah pemimpin mereka. Mereka akhirnya berhasil setelah kehilangan beberapa orang prajuritnya. Eicke lalu dimakamkan dengan penuh penghormatan di komplek pemakaman divisi di dekat Orelka. Nantinya, setelah pasukan Jerman dipaksa untuk mundur dari Front Timur, sisa-sisa jenazahnya kemudian dipindahkan ke Kiev oleh beberapa orang perwira staff Totenkopf.

Sumber :
https://ritterkreuztraeger.blogspot.com/2020/07/theodor-eicke-in-demyansk.html

Friday, July 31, 2020

554. Infanterie-Division di Donaueschingen

  Foto ini diambil pada tanggal 3 Agustus 1940 di Donaueschingen, Baden-Württemberg, Jerman. Untuk identifikasi jenderal-jenderal yang diberi tanda panah merah adalah, dari kiri ke kanan: Generalleutnant z.V. Anton Freiherr von Hirschberg (Kommandeur 554. Infanterie-Division) dan Generalleutnant Erwin Oßwald (Kommandierender General Stellvertretendes Generalkommando V. Armeekorps). Kedua dari kiri adalah Oberstleutnant i.G. Karl Schall (Ia Erster Generalstabsoffizier 554. Infanterie-Division), sementara yang berdiri paling kanan adalah Oberst (E) Erich von Kirchbach (Chef des Generalstabes Stellvertretendes Generalkommando V. Armeekorps). 554. Infanterie-Division adalah divisi infanteri Wehrmacht yang didirikan pada tanggal 15 Februari 1940 dari Divisionstab z.b.V. 441, dan merupakan bagian dari 9. Welle (Gelombang ke-9). Dibentuk sebagai sebuah divisi statis, 554. Infanterie-Division mempunyai tugas utama untuk menjaga West Wall di sekitar Oberrhein, dengan tugas tambahan adalah sebagai sebuah pasukan penjaga perbatasan, tempat pelatihan, serta unit perlindungan udara. Setelah invasi Jerman atas Prancis pada bulan Mei-Juni 1940, divisi ini ikut berpartisipasi dalam menerobos pertahanan Prancis sebagai bagian dari 7. Armee. Setelah dirasa keberadaannya tidak diperlukan lagi, 554. Infanterie-Division dibubarkan pada tanggal 13 Agustus 1940, hanya beberapa hari setelah foto di atas diambil, dan anggota-anggotanya dilebur kedalam unit-unit lain.

Sumber :
https://www.axishistory.com/other-aspects/150-germany-heer/heer-divisionen/3437-554-infanterie-division
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=2282990#p2282990
https://menofwehrmacht.blogspot.com/2020/07/554-infanterie-division-at.html

Monday, July 27, 2020

Upacara Penganugerahan Ritterkreuz untuk Panzergraf

Upacara penganugerahan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major der Reserve Hyazinth Graf Strachwitz von Gross-Zauche und Camminetz (Kommandeur I.Abteilung / Panzer-Regiment 2 / 16.Panzer-Division), yang disematkan oleh Generalmajor Hans-Valentin Hube (Kommandeur 16. Panzer-Division). Sang "Panzergraf" mendapatkan medali keberanian bergengsi tersebut pada tanggal 25 Agustus 1941 di Front Timur, sebagai penghargaan atas kepemimpinannya dalam pertempuran melawan Tentara Merah pada tanggal 2-3 Agustus sebelumnya. Sebagai bagian dari Kampfgruppe Wagner, Panzergraf mempunyai peran yang menentukan dalam upaya penguasaan pasukan Jerman atas kota Pervomaisk di Ukraina, yang merupakan lokasi pertemuan strategis antara berbagai jalan utama di sekitarnya. Batalyon panzer pimpinan Strachwitz melakukan serbuan dari arah utara, yang kemudian berhasil memporakporandakan pertahanan pasukan Rusia dan memudahkan pihak Jerman dalam menduduki kota tersebut. Dalam foto ini, kita bisa melihat bahwa Jenderal Hube hanya menggunakan lengan kanannya saat mengalungkan medali sehingga harus dibantu oleh ajudannya. Ini karena dia hanya mempunyai satu lengan, sementara lengan lainnya telah buntung dari sejak era Perang Dunia Pertama sehingga harus digantikan oleh lengan buatan. Uniknya, Strachwitz dan Hube kelak menjadi dua dari hanya 27 orang di seantero Wehrmacht dan SS yang mendapatkan medali tingkat keempat dari Ritterkreuz, yaitu Brillanten! Strachwitz mendapatkannya pada tanggal 15 April 1944, sementara Hube mendapatkannya lima hari kemudian, tanggal 20 April 1944.




Dari kiri ke kanan: Generalmajor Hans-Valentin Hube (Kommandeur 16. Panzer-Division dan Oberstleutnant Rudolf Sieckenius (Kommandeur Panzer-Regiment 2 / 16.Panzer-Division) dalam upacara penganugerahan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Major der Reserve Hyazinth Graf Strachwitz von Gross-Zauche und Camminetz (Kommandeur I.Abteilung / Panzer-Regiment 2 / 16.Panzer-Division), yang diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 1941. Hube sebelumnya telah mendapatkan medali yang sama pada tanggal 1 Agustus 1941, sementara Sieckenius mendapatkannya beberapa minggu kemudian setelah foto ini diambil, tepatnya pada tanggal 17 September 1941.




Sumber :
https://crainsmilitaria.com/index.php?route=product/category&path=59_89
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=2253827#p2253827

Saturday, July 18, 2020

Panzergrenadier SS dan Tank Rusia yang Terbakar

Foto-foto ini diambil oleh SS-Kriegsberichter Hermann Grönert pada tanggal 29 Juli 1944, saat sebuah Kampfgruppe (Grup Tempur) - yang terdiri dari SS-Panzergrenadier-Regiment 6 "Theodor Eicke" dan I.Abteilung / SS-Panzer-Regiment 3 "Totenkopf" - bertempur melawan pasukan Rusia di sekitar kota Siedlce, Polandia. Selama lima hari penuh (27-31 Juli), Kampfgruppe milik 3. SS-Panzer-Division "Totenkopf" tersebut mempertahankan Siedlce, kota yang dijuluki sebagai "Eckpfeiler" (batu landasan) oleh Panglima Heeresgruppe Mitte, dari berkali-kali serangan Korps Tank ke-11 Soviet. Aksi heroik mereka memampukan sebagian besar 2. Armee (termasuk Divisi Wiking) untuk dapat mundur ke garis pertahanan baru dan bersiap-siap di posisi mereka dalam menghadapi Pertempuran Praga yang akan mulai berkobar pada tanggal 1 Agustus 1944.


Sebuah regu dari SS-Panzergrenadier-Regiment 6 "Theodor Eicke" memperhatikan dengan terkagum-kagum sebuah tank berat JS-II (Josef Stalin II) milik Resimen Tank Jaga Terpisah Soviet ke-50 yang baru saja dihancurkan oleh Panther-Panther pimpinan SS-Sturmbannführer Erwin Meierdress di barat-laut Siedlce (Polandia) pada pukul 13:40 tanggal 29 Juli 1944. Tank berat Soviet satu ini baru saja diterjunkan untuk pertama kalinya dalam peperangan pada awal tahun 1944, dan pada awalnya hanya dijatahkan untuk unit-unit tank berat seperti Resimen Tank Jaga Terpisah ke-50. Model awal JS-II mempunyai berat 51 ton, mempunyai awak empat orang, dan dilengkapi dengan meriam kaliber 122mm. Setiap resimen tank berat Soviet berkekuatan 21 buah tank jenis ini, yang dibagi kedalam empat kompi (lima tank masing-masing), sementara satu lagi jatah tersisa adalah khusus untuk komandan batalyon. Kemunculannya membawa masalah besar pada pasukan Jerman yang sebelumnya sudah kewalahan dalam menghadapi serbuan massal tank-tank dari jenis T-34.


 Setelah puas melihat-lihat raksasa yang terluka tersebut, para prajurit dari SS-Panzergrenadier-Regiment 6 "Theodor Eicke" berlari menuju ke arah kamera untuk bersiap-siap menyerang sasaran selanjutnya. Di latar belakang kita bisa melihat sebuah tank T-34/85 dari Brigade Tank ke-20 Soviet yang terbakar setelah dihantam oleh peluru penembus baja dari satuan Panther pimpinan SS-Sturmbannführer Erwin Meierdress (I.Abteilung / SS-Panzer-Regiment 3 "Totenkopf"). Di sebelah kiri, petugas senapan mesin regu tersebut melihat dengan tenang ke arah sang fotografer, SS-Kriegsberichter Hermann Grönert, sambil merebahkan senjata andalannya (MG-34). Rasa lelah dan frustasi pastilah dirasakan oleh prajurit-prajurit Jerman ini, karena selama lima hari penuh (27-31 Juli 1944) mereka harus menghadapi serangan terus-menerus dari Korps Tank ke-11 Soviet di tengah panas yang menyengat. Foto ini sendiri diambil pada tanggal 29 Juli 1944 di barat-laut Siedlce, Polandia.


Lanjutan dari dua foto sebelumnya: Kini kita bisa melihat bahwa bintara pimpinan regu dari SS-Panzergrenadier-Regiment 6 "Theodor Eicke" tersebut sedang memberikan perintah pada anakbuahnya untuk segera bergerak, termasuk pada petugas senapan mesin yang membawa MG-34 di sebelah kiri. Sang Gruppenführer (Komandan Regu) sendiri membekali diri dengan senapan mesin ringan MP-40. Uniknya, sebagian besar orang-orang yang berada dalam foto ini mengenakan syal putih di leher tapi tanpa tambahan jaket kamuflase yang biasanya menutupi badan. Di sebelah kiri kita bisa melihat tank T-34/85 lainnya yang terbakar hebat setelah dihantam oleh peluru penembus baja dari satuan Panther pimpinan SS-Sturmbannführer Erwin Meierdress (I.Abteilung / SS-Panzer-Regiment 3 "Totenkopf").


Sumber :
Buku "From the Realm of a Dying Sun. Volume 1: IV. SS-Panzerkorps and the Battles for Warsaw, July–November 1944" karya Douglas E. Nash, Sr.

Wednesday, July 15, 2020

Prajurit Afrikakorps Makan Ransum

Dua orang prajurit DAK (Deutsches Afrikakorps) terlihat sedang memakan ransum mereka di medan perang Afrika Utara. Masalah jatah makanan seperti ini harus lah mendapat penanganan yang serius dari seksi suplai dan perbekalan Wehrmacht, karena tidak hanya berkaitan dengan sekedar memindahkan makanan Eropa lalu memakannya di tempat tropis. Iklim yang panas akan membuat sebagian besar "kudapan bule" tersebut menjadi cepat basi, sehingga makanan-makanan semacam kentang dan roti terpaksa harus digantikan dengan roti hitam terbungkus karton serta kacang polong dan makanan kaleng lainnya. Beras juga sebenarnya ikut dibagikan sebagai jatah, meskipun makanan utamanya tetap lah roti Kommisbrot Jerman ataupun Maisbrot Italia yang dilapisi oleh minyak zaitun sebagai pengganti mentega (karena yang disebut terakhir ini akan cepat memuai di tengah panas yang menyengat). Pada prakteknya, kombinasi roti dan zaitun kurang disukai oleh pasukan Jerman maupun Italia karena rasanya yang dianggap "aneh". Jatah minyak zaitun tentara Axis biasanya dibungkus dalam kaleng produksi Italia bertuliskan AM, yang merupakan singkatan dari "Administrazione Militare" (Administrasi Militer). Bagi prajurit-prajurit Jerman, singkatan tersebut sering diartikan secara bercanda sebagai "Alte Mann" (Orang Tua), sementara rekan seperjuangan mereka dari Italia secara bisik-bisik menyebutnya sebagai "Asinus Mussolini" (Pantat Mussolini) karena rasa hambar dan baunya yang tengik, sementara sebagian lainnya - lebih sadis lagi - menamainya sebagai "Arabio Morte" (Mayat Orang Arab)! Kaleng-kaleng makanan hasil rampasan dari Inggris yang berisi daging kornet, roti putih, selai, biskuit dan buah kalengan dianggap sebagai sebuah makanan mewah karena begitu sulit untuk mendapatkannya, dan merupakan sebuah tambahan yang didamba-dambakan oleh prajurit-prajurit Afrikakorps di luar jatah ransum mereka yang monoton. Konyolnya, tentara-tentara Inggris sendiri menganggap bahwa ransum mereka kurang menarik dan lebih menyukai jatah makanan milik musuh mereka Jerman! Di luar dari makanan kaleng, terkadang pasukan Jerman menikmati daging segar yang berasal dari sembelihan kambing atau babi. Jenis makanan satu ini terbilang sulit didapatkan karena persediaannya yang terbatas dan, yang lebih penting lagi, menyimpannya tak bisa lama-lama. Dari semuanya, komoditas paling penting di wilayah gurun pasir tentunya adalah air. Karena sangat vital dalam menyambung kehidupan dan membuat kendaraan perang tetap bergerak, maka sangat penting untuk membawanya kemanapun dalam jumlah yang memadai. Untuk mengakomodasinya, maka tentara Jerman menggunakan kontainer khusus yang dijuluki orang-orang Inggris sebagai "Jerrycan" (Kaleng Jerman), dan yang kemudian menyebar penggunaannya di Indonesia dengan nama yang hampir sama: "jerigen". Satu jerigen rata-rata mampu menampung 17 liter air, bahan bakar atau oli, dan penampung versi Jerman dianggap lebih baik kualitasnya dibandingkan kaleng minyak Inggris yang rentan bocor. Untuk membedakan apakah jerigen tersebut diisi air atau minyak, maka pasukan Afrikakorps secara khusus menandai kaleng air mereka dengan "X" putih besar. Tanda ini sekaligus membuat tentara-tentara Hitler tidak salah saat harus menuang air atau minyak ke jerigen kosong yang tersedia, karena apabila terjadi kesalahan semacam itu maka airnya pun akan terbuang karena tak dapat diminum (sebuah pelajaran berharga yang baru ditemukan oleh pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo pada tahun 1960-an!).


Sumber :
http://deutsches-afrikakorps.blogspot.com/2010/12/life-in-afrika-korps.html
http://ww2colorfarbe.blogspot.com/2020/07/afrikakorps-soldiers-eating.html

Thursday, July 9, 2020

Afrikakorps Siap Tempur Menyerbu Tobruk

15. Panzer-Division di Afrika Utara: Prajurit-prajurit Afrikakorps dari Panzer-Pionier-Bataillon 33 menaiki sebuah Panzerkampfwagen III Ausf.G "632" milik 6.Kompanie / II.Abteilung / Panzer-Regiment 8 untuk ikut berpartisipasi dalam serangan pendahulu ke pertahanan Sekutu di sekitar Tobruk, Libya, bulan Oktober 1941. Satuan zeni tempur ini melengkapi diri dengan senjata yang lebih beragam dibandingkan dengan unit infanteri standar, diantaranya adalah penggunaan penyembur api dari jenis Flammenwerfer 35, drum amunisi senapan mesin, tabung berisi cadangan laras MG 34, dan kantong pengangkut stielhandgranate. Di sebelah kanan kita bisa melihat prajurit lain, yang kemungkinan adalah komandan skuad, yang menyimpan senapan mesin MP-40 atau 38 di atas kubah tank sebelum memanjatnya. Uniknya, para prajurit ini masing-masing dilengkapi dengan dua pelples air dan bukannya satu seperti biasanya! Mereka juga mengenakan cover helm berwarna pasir untuk meminimalisir efek pantulan saat terkena sinar matahari.






Sumber :
Foto koleksi Blanluet Christophe dari ECPAD Archive
https://www.facebook.com/groups/1728158044141689/
https://www.facebook.com/pg/TheTruthInColor/photos/

Hans-Jürgen von Arnim di Afrika Utara

Foto oleh Kriegsberichter Mullin ini memperlihatkan Generaloberst Hans-Jürgen von Arnim (kiri, Oberbefehlshaber 5. Panzerarmee) yang sedang bersalaman dengan salah seorang prajuritnya saat meninjau front pertempuran di dekat Tunisia, Afrika Utara, bulan Januari 1943. Sang Kolonel-Jenderal menyampirkan sebuah dienstglas (teropong) 6x30 di sampingnya. Arnim dikenal sangat dekat dengan pasukannya karena dia selalu menyediakan kebutuhan mendasar mereka. Saat Rommel dipulangkan oleh Hitler dari medan perang Afrika Utara pada bulan Maret 1943, Arnim menjadi perwira Jerman dengan pangkat tertinggi disana. Dia memberitahu Berlin bahwa dibutuhkan 140.000 ton suplai per bulan bagi pasukannya agar bisa melancarkan serangan terhadap Sekutu. Kenyataannya, dia hanya menerima seperempatnya! Saat Berlin mengkritik Arnim karena "menyipitkan mata melewati bahunya" (merujuk pada gerak mundur terus-menerus pasukannya), dengan getir Arnim menjawab bahwa dia "menyipitkan mata untuk melihat datangnya kapal pembawa suplai yang tak kunjung datang"! Saat pihak Sekutu melancarkan serangan pamungkas terhadap pasukan Jerman dan Italia di Tunisia pada tanggal 6 Mei 1943, Hitler memerintahkan agar Arnim dan anakbuahnya bertahan sampai orang terakhir. Sang jenderal dengan sengaja mengartikan ini sebagai perintah untuk bertahan sampai peluru terakhir atau, lebih khusus lagi, sampai peluru tank terakhir. Karenanya, ketika amunisi panzer-panzernya telah mencapai penghabisan pada tanggal 12 Mei 1943, dia memutuskan untuk menghancurkan sisa mesin perangnya dan kemudian menyerah. Untuk upacara resmi, sang jenderal mengenakan seragam terbaiknya, lalu menyerahkan pistol dan belatinya - meskipun dengan menggerutu dalam bahasa Prancis - ke tangan perwira Inggris yang menawannya. Dia lalu berpidato singkat di hadapan pasukannya, sebelum menjabat tangan beberapa orang dari mereka. Saat Arnim diantar melewati barisan panjang prajurit-prajuritnya, mereka berteriak mengelu-elukan namanya, "Von Arnim! Von Arnim! Von Arnim!"


Sumber :
Buku "Hitler's Generals in America: Nazi POWs and Allied Military Intelligence" karya Derek R. Mallett
https://audiovis.nac.gov.pl/obraz/1300/ecb962cfef48181cc95af65a4da19359/

Tuesday, July 7, 2020

Franz Böhme dan Max-Josef Pemsel

 Dari kiri ke kanan: General der Infanterie Franz Böhme (Kommandierender General XVIII. Gebirgskorps) dan Oberst im Generalstab Max-Josef Pemsel (Chef des Generalstabes XVIII. Gebirgskorps). Keduanya sama-sama merupakan Ritterkreuzträger (peraih medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes): Böhme dianugerahi Ritterkreuz pada tanggal 29 Juni 1940 sebagai Generalleutnant dan Kommandeur 32. Infanterie-Division, sementara Pemsel mendapatkannya pada tanggal 9 Desember 1944 sebagai Generalmajor dan Kommandeur 6. Gebirgs-Division. Tidak ada keterangan kapan dan dimana foto ini diambil, tapi kemungkinan besar di wilayah Lappland, Norwegia, dalam rentang waktu antara bulan Oktober 1940 s/d Mei 1943. Di latar belakang kita bisa melihat penampakan sepeda motor "OSL" (kemungkinan dari model 500cc) dan mobil Opel "Admiral" cabriolet empat pintu.

Sumber :
Foto koleksi pribadi Jeremy Dixon
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?p=2278488#p2278488

Monday, June 29, 2020

Otto Skorzeny di Budapest Hungaria

Dari kiri ke kanan: SS-Sturmbannführer der Reserve Otto Skorzeny (Kommandeur SS-Jagdverband), SS-Hauptsturmführer der Reserve Adrian Baron von Foelkersam (Chef des Stabes SS-Jagdverband), dan SS-Untersturmführer der Reserve Gerhard Ostafel (Adjutant SS-Jagdverband). Foto hasil karya Kriegsberichter Faupel ini diambil di Budapest, Hungaria, pada tanggal 16 Oktober 1944 selama berlangsungnya Unternehmen Panzerfaust, operasi militer untuk memastikan bahwa Hungaria tetap berada di pihak Jerman. Foelkersam adalah veteran unit sabotase Brandenburger yang kemudian bergabung dengan SS-Jagdverband dan menjadi kepala staff Skorzeny. Di hari itu pula, Skorzeny mendapatkan kenaikan pangkat dari SS-Sturmbannführer der Reserve menjadi SS-Obersturmbannführer der Reserve. BTW, mengenai orang ketiga dalam foto ini (paling kanan), versi lain menyebutkan bahwa dia adalah Walter Girg atau Werner Hunke, tapi yang paling kuat "hujjahnya" adalah Ostafel, karena dialah yang terus-menerus berada di sisi Skorzeny selama berlangsungnya Unternehmen Panzerfaust. Hunke (Kepala Operasi SS-Jagdverband) memang ikut serta dalam operasi tersebut, tapi dia memimpin pasukan lain yang terpisah dari Skorzeny. Sementara itu, Girg malah lebih tidak mungkin lagi: dia sedang menjalani perawatan atas luka-luka yang dideritanya dalam pertempuran di bulan September sebelumnya, lalu beraksi di Rumania setelah sembuh, dan baru bergabung dengan Skorzeny di bulan Desember saat dimulainya Unternehmen Wacht am Rhein alias Ofensif Ardennes

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/File:Bundesarchiv_Bild_101I-680-8283A-30A,_Budapest,_Otto_Skorzeny,_Adrian_v._F%C3%B6lkersam.jpg
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?f=38&t=150584&hilit=gerhard+ostafel

Thursday, June 25, 2020

Barkmann's Corner

  Pada tanggal 27 Juli 1944, SS-Unterscharführer Ernst Barkmann baru saja kembali dengan Panther-nya dari front. Dalam perjalanan dia dihentikan oleh barisan prajurit infanteri SS yang sedang bergerak mundur. Mereka melaporkan bahwa unit lapis baja Amerika sedang mendekat. Barkmann memutuskan untuk mengirimkan dua orang awaknya untuk memverifikasi kebenaran laporan tersebut. Tak lama kemudian mereka kembali dengan berita bahwa 15 tank Sherman ditambah dengan beberapa kendaraan perang lainnya sedang mendekat. Barkmann memutuskan untuk menghadapi mereka tanpa menunggu perintah terlebih dahulu meskipun tak ada Panther lain yang menemaninya. Dia menggerakkan panzernya ke sudut jalan di dekat Le Lorey (Normandia) yang dilindungi oleh kerimbunan pohon ek sambil menunggu kedatangan musuh. Ketika rombongan tank Amerika akhirnya datang, Panther Barkmann mulai menembak dan menghancurkan dua tank terdepan serta sebuah truk tangki BBM di belakangnya. Dua Shermann berusaha memutari rongsokan kendaraan perang yang terbakar yang menghalangi jalan. Meriam Barkmann menyalak kembali. Satu buah tank Shermann meledak, diikuti oleh satunya lagi. Sisa kendaraan perang lainnya buru-buru mundur dari neraka tersebut sambil memanggil bantuan udara sehingga Panther Barkmann mengalami kerusakan dan beberapa awaknya terluka. Dengan menggunakan unsur dadakan serta memanfaatkan kebisingan suara pesawat, dua tank Sherman berusaha menyelinap dan menyerang Panther yang "terluka tersebut". tapi kemudian malah mereka yang berbalik dihancurkan oleh Barkmann! Dia dan awaknya lalu buru-buru memperbaiki panzer mereka yang rusak dengan tak lupa meng-K.O. dua tank Sherman lainnya dalam proses tersebut ditambah dengan satu Sherman terakhir dalam perjalanan kembali ke markas. Supirnya mampu menggerakkan Panther mereka yang rusak ke tempat yang aman di desa Neufborg yang terdekat. Dalam pertempuran luar biasa yang terkenal dengan nama "Barkmann's Corner" (Sudut Barkmann) tersebut, sang jagoan panzer Jerman mampu menghancurkan tidak kurang dari sembilan tank Sherman dan beberapa kendaraan perang lainnya. Atas prestasinya itu Barkmann diganjar dengan medali militer tertinggi Jerman, Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes. Lukisan ini dibuat oleh David Pentland, dan karya-karya dia lainnya bisa dilihat DISINI

Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2010/07/koleksi-lukisan-perang-nazi-jerman.html

Lukisan Perwira Kavaleri Jerman

 Lukisan karya Paul Turoff buatan awal tahun 1940 berukuran 132cm x 93cm milik Philipp Towarisch ini memperlihatkan seorang Leutnant muda berwajah tampan dari unit kavaleri. Terdapat kisah menarik sekaligus mengharukan dibaliknya: dia berasal dari keluarga bangsawan Jerman dan gugur di Belgia tahun 1940 di usia 22 tahun. Tunangannya, yang juga berasal dari kaum bangsawan, bekerja di Kedutaan Besar Jerman di masa perang dan sesudahnya. Dia begitu mencintai pria tersebut walaupun telah tiada, dan selalu membawa lukisannya kemanapun dia pergi! Tak ada keterangan tentang nama sang perwira malang, tapi dari wappen (panji klan bangsawan) di kiri atas kita bisa tahu akan marganya. Wappen berbentuk setengah bendera Austria dan setengah roda kereta ini merupakan logo dari keluarga Von Cramon, keluarga bangsawan terkemuka Jerman yang terkenal dengan tradisi militernya


Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2010/07/koleksi-lukisan-perang-nazi-jerman.html

Dogfight Bf 109 dari JG 53 vs Hurricane RAF

Pada tanggal 12 Agustus 1940, Jagdgeschwader 53 (JG 53) mendapatkan tugas untuk melakukan patroli "Freie Jagd" (perburuan bebas) di sekitar wilayah pantai Portsmouth dan Isle of Wight, sebagai bagian dari dukungan terhadap pesawat-pesawat bomber Junkers Ju 88 dari Kampfgeschwader 51 (KG 51) yang sedang melakukan operasi pemboman di pelabuhan Portsmouth dan stasiun radar Ventnor di Isle of Wight. Sebagai pimpinan 1.Staffel / JG 53 adalah Hauptmann Hans-Karl Mayer, yang menerbangkan pesawat Messerschmitt Bf 109E-4 "Weiße 8", sementara yang bertugas sebagai Rottenflieger (wingman) adalah Unteroffizier Heinrich Rühl yang menerbangkan Bf 109E-1 "Weiße10". Terbang dengan ketinggian 8.500 meter, pada pukul 12:20 siang mata Mayer tiba-tiba memergoki tiga pesawat Hurricane Inggris yang sedang mengeroyok sebuah Messerschmitt Bf 110 yang sedang terbang sendirian. Meskipun pesawat Mayer dan Rottenflieger-nya langsung menukik menuju ke arah musuh, pilot Bf 110 yang panik keburu melompat keluar dari pesawatnya. Mayer memilih pesawat yang berada di sisi kanan, sementara Rühl di sisi kirinya. Sang Staffelkapitän memuntahkan 20 peluru kanon kaliber 20mm dan 80 peluru senapan mesin kaliber 7,92mm sebelum pesawat RAF (Royal Air Force) buruannya jatuh ke lautan dengan badan dipenuhi api, dan tercatat sebagai korban ke-10 dari Hans-Karl Mayer dalam Perang Dunia II. Sementara itu, Rühl membutuhkan seluruh persediaan peluru kanonnya dan 200 peluru senapan mesin sebelum pesawat musuhnya melengkung dengan lembut dan kemudian menghantam lautan. Mayer sekarang mengalihkan perhatiannya pada satu Hurricane yang tersisa, yang kini sedang mendapat giliran dikeroyok oleh pesawat-pesawat Staffel-nya. Tampaknya pilot terakhir ini cukup mahir, karena pesawat Mayer sempat terkena tembakan sebanyak enam kali. Yang terjadi selanjutnya adalah laporan pertempuran yang ditulis oleh Mayer seusai misinya: "Setelah menembak jatuh korban pertamaku, aku kembali pada dogfight (pertempuran udara) antara satu Hurricane yang tersisa melawan beberapa pesawat Staffel-ku. Aku segera menyerang pesawat tersebut dan mampu menembaknya sebanyak dua kali, sementara pesawatku sendiri terkena beberapa tembakan darinya. Pesawat musuh yang pincang tersebut berusaha untuk menyelamatkan diri ke arah pantai. Aku sendiri tetap mengejarnya, sementara teman-temanku kini kehilangan diriku di tengah kacaunya pertempuran. Meskipun pesawat musuh berusaha keras untuk mengecoh dan menghindar dariku, aku masih tetap dapat melepaskan beberapa tembakan yang mengenainya. Hurricane tersebut mulai mengeluarkan asap hitam, sebelum kemudian menukik di ketinggian rendah dan jatuh berkeping-keping saat menyentuh permukaan lautan". Mayer telah mencatatkan kemenangan keduanya di hari itu, setelah menghabiskan 10 peluru kanon dan 250 peluru senapan mesin untuk menghabisi korbannya yang terakhir. Meskipun tak dapat diketahui dengan pasti, kemungkinan besar tiga korban Mayer dan Rühl di hari itu adalah Pilot Officer John Harrison, Acting Flight Lieutenant Wilhelm Pankratz dan Sergeant Josef Kwiecinski, semuanya adalah pilot-pilot dari No.145 Squadron yang dilaporkan hilang di sekitar Isle of Wight di waktu yang bersamaan dengan klaim yang dikeluarkan oleh pihak Jerman.


Sumber :
Lukisan hasil karya Mark Postlethwaite dalam buku "Jagdgeschwader 53 'Pik-As' Bf 109 Aces of 1940" karya Chris Goss

Wednesday, June 24, 2020

Kunjungan Friedrich Paulus ke Afrika

Foto ini diambil dari buku "Der Wüstenkrieg in Afrika. 1940-1943" karya Janusz Piekalkiewisz, dan memperlihatkan saat Generalleutnant Friedrich Paulus (kedua dari kanan, Oberquartiermeister I in der Generalstab des Heeres) mendapatkan oleh-oleh pisang bersama batangnya sebelum bersiap-siap untuk menaiki pesawat yang akan membawanya ke Italia untuk bertemu dengan Benito Mussolini. Foto ini diambil di lapangan udara Derna, Libya, pada tanggal 7 Mei 1941. Selama beberapa hari Paulus tinggal di Afrika Utara untuk melihat kondisi pasukan Jerman yang ditempatkan disana, sekaligus berdiskusi dengan Generalleutnant Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps). Di periode ini pula Paulus mendapatkan tugas untuk menyiapkan rencana serangan Jerman atas Uni Soviet - dikenal dengan nama Unternehmen Barbarossa - bersama dengan atasannya, Kepala Staff Angkatan Darat Generaloberst Franz Halder. BTW, bapak-bapak botak yang nongtot dalam foto ini adalah Generalmajor Luftwaffe Stefan Fröhlich (Fliegerführer Afrika), yang merupakan perwira Austria pertama yang mendapatkan medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes dalam Perang Dunia II. Dia mengakhiri perang dengan pangkat General der Flieger


 Generalleutnant Friedrich Paulus (kanan, Oberquartiermeister I in der Generalstab des Heeres) bersiap-siap untuk menaiki pesawat yang akan membawanya ke Italia untuk bertemu dengan Benito Mussolini. Foto ini diambil di lapangan udara Derna, Libya, pada tanggal 7 Mei 1941. Selama beberapa hari Paulus tinggal di Afrika Utara untuk melihat kondisi pasukan Jerman yang ditempatkan disana, sekaligus berdiskusi dengan Generalleutnant Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps). Di periode ini pula Paulus mendapatkan tugas untuk menyiapkan rencana serangan Jerman atas Uni Soviet - dikenal dengan nama Unternehmen Barbarossa - bersama dengan atasannya, Kepala Staff Angkatan Darat Generaloberst Franz Halder. BTW, paling kiri dalam foto ini adalah Generalmajor Luftwaffe Stefan Fröhlich (Fliegerführer Afrika), sementara perwira di tengah antara Fröhlich dan Paulus tidak ada keterangan namanya, meskipun wajahnya mirip sekali dengan Oberst Eberhard Rodt (nantinya menjadi Komandan 15. Panzergrenadier-Division di medan perang Italia)



Sumber :
https://www.facebook.com/groups/1728158044141689/
https://waralbum.ru/389737/

Tuesday, June 16, 2020

Erwin Rommel dan Anak-Anak Goebbels

Pada bulan September 1942, Generalfeldmarschall Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") melakukan kunjungan ke villa keluarga Reichsminister Joseph Goebbels yang terletak di Schwanenwerder, barat-daya Berlin. Kunjungan ini mendapatkan liputan lengkap dari para wartawan Kementerian Propaganda pimpinan Goebbels, sehingga kita masih bisa melihat foto dan videonya sampai saat ini. Rommel tiba di rumah Joseph dan Magda Goebbels pada siang hari, Selasa tanggal 29 September 1942, sementara di hari Kamis tanggal 1 Oktober 1942 dia kemudian bertemu dengan Hitler untuk mendapatkan Marschallstab (Tongkat Marsekal) sebagai pelengkap pangkat Generalfeldmarschall yang disandangnya. Video ini memperlihatkan saat Rommel bermain-main bersama dengan keenam anak Goebbels (Helga Susanne, Hildegard Traudel, Helmut Christian, Holdine Kathrin, Hedwig Johanna, Heidrun Elisabeth), dengan ditemani oleh ibu mereka Magda serta Oberleutnant Alfred-Ingemar Berndt, Ajudan Rommel sekaligus Kepala Propaganda Afrikakorps.





Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=gwjBXhGEDf8
https://www.youtube.com/watch?v=cj6fOIWL8E0

Sunday, June 14, 2020

Major i.G. Joachim Kuhn, Anggota Komplotan 20 Juli 1944

 Major im Generalstab Joachim Kuhn (2 Agustus 1913 - 6 Maret 1994) bergabung dengan Infanterie-Regiment 14 pada bulan Oktober 1932. Dia ikut serta dalam penyerbuan pasukan Jerman ke Polandia (1939), Prancis (1940), dan Uni Soviet (1941). Kuhn dipromosikan menjadi Hauptmann pada bulan Agustus 1940, Major di bulan Januari 1943, dan Major i.G. tanggal 20 April 1943. Dia menghabiskan sebagian masa tugas militernya sebagai perwira staff, termasuk sebagai bawahan Oberstleutnant Claus Graf von Stauffenberg di Generalstab des Heeres. Perkenalannya dengan sang perwira penentang Hitler membuat Kuhn ikut "terseret" ke dalam gerakannya, apalagi setelah dia bertunangan dengan salah seorang sepupu Stauffenberg. Pada tanggal 20 Juli 1944, Kuhn mendapatkan tugas untuk menyediakan salah satu bahan peledak yang nantinya digunakan untuk membom Führerbunker oleh Stauffenberg. Saat usaha percobaan untuk membunuh Hitler tersebut gagal, Kuhn pun ikut disasar. Pada waktu itu dia telah menjadi Kepala Operasi 28. Jäger-Division di Front Timur. Komandan Divisi Generalleutnant Gustav Heistermann von Ziehlberg mendapat perintah dari Berlin untuk segera mengirim Kuhn ke Jerman untuk diadili. Sang Divisionskommandeur kemudian memberitahu Kuhn tentang perintah tersebut. Karena mengetahui bahwa perwiranya cepat atau lambat akan dieksekusi, Heistermann von Ziehlberg memberi Kuhn kesempatan untuk pergi seorang diri ke hutan dan menembak dirinya sendiri sebagai sebuah penebusan atas apa yang telah dilakukannya. Tak dinyana, Kuhn malah memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kabur dan kemudian membelot ke pihak Rusia! Heistermann von Ziehlberg lah yang kemudian kena getahnya, karena dia dituduh telah mengabaikan perintah dan membantu pelarian Kuhn, sehingga kemudian ganti diadili lalu dieksekusi! Kuhn sendiri selamat sampai dengan akhir perang, dan kemudian tinggal di kampung halamannya, Berlin, yang pada saat itu telah menjadi bagian dari Jerman Timur, negara satelitnya Uni Soviet. Medali dan penghargaan yang telah diperolehnya: Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse (4 Juli 1940); Kriegsverdienstkreuz II.Klasse und I.Klasse; Verwundetenabzeichen in Schwarz; serta Allgemeines-Sturmabzeichen

Sumber :
Buku "Stauffenbergs Freund. Die tragische Geschichte des Widerstandskämpfers Joachim Kuhn" karya Peter Hoffmann
https://www.gdw-berlin.de/en/recess/biographies/index_of_persons/biographie/view-bio/joachim-kuhn/?no_cache=1

Monday, June 8, 2020

Kavallerieschule Hannover (Sekolah Kavaleri Hannover)

Klip produksi UFA Kulturfilm ini berjudul "Heeres Reit- und Fahrschule Hannover" (biasa disingkat "Kavallerieschule Hannover"), yang merupakan sekolah para perwira kavaleri Jerman di Hannover. Film buatan tahun 1937 ini dibuka oleh pengenalan dari Richard Sahla, atlet berkuda terkenal Jerman yang juga adalah seorang perwira Wehrmacht, yang ditemani oleh kuda putihnya yang sama terkenalnya, Wotan. Adegan selanjutnya memperlihatkan upacara penganugerahan medali kejuaraan untuk atlet-atlet berkuda Jerman, yang juga merupakan instruktur di Kavallerieschule sama seperti Sahla (paling kiri adalah Harald Momm dengan kudanya Baccarat, dan diikuti oleh Ernst Hasse). Adegan-adegan selanjutnya memperlihatkan suasana pelatihan pasukan kavaleri di sekolah tersebut, termasuk latihan melompat palang rintangan, jalan cantik, dan membawa kereta beban. Diperlihatkan pula interaksi dengan penduduk setempat, pemeliharaan kuda-kuda milik sekolah, serta penampakan Kepala Sekolah Oberstleutnant Friedrich Gerhard. Kavallerieschule Hannover sendiri telah berdiri dari sejak tahun 1920, sementara kotanya - Hannover- telah menjadi salah satu pusat pengembangan kuda-kuda kavaleri terbaik Jerman selama 350 tahun. Pada tahun 1937 pusat pelatihan kavaleri Wehrmacht dipindahkan dari Hannover ke Krampnitz, Potsdam, dengan nama baru "Heeres Reit- und Fahrschule und Kavallerieschule Krampnitz" (Sekolah Berkuda, Mengemudi dan Kavaleri Angkatan Darat Krampnitz).

Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=f88BYiTBpeQ
http://www.horsemagazine.com/thm/2018/05/what-made-german-dressage-great-part-one/

Kontingen Berkuda Jerman Juara 'Preis der Nationen'

Dalam acara kompetisi berkuda internasional bergengsi "Preis der Nationen" yang diselenggarakan di Warsawa (Polandia) pada musim panas tahun 1936, kontingen Jerman berhasil merebut juara pertama dengan meraih 16 point, mengungguli Rumania di tempat kedua (18¼ point) dan Polandia di tempat ketiga (20 point), diikuti oleh Prancis dan Latvia. Foto ini diambil pada tanggal 8 Juni 1936 saat penganugerahan trofi kepada tim pemenang (yang seluruhnya merupakan perwira-perwira Wehrmacht dari unit kavaleri!) oleh Presiden Polandia. Sebagai identifikasinya adalah, dari kiri ke kanan: Oberst Bogislav von Studnitz (Atase Militer Jerman di Polandia. pangkat terakhir Generalleutnant), Rittmeister Harald "Harry" Momm (Anggota kontingen Jerman. Pangkat terakhir SS-Hauptsturmführer der Reserve), Rittmeister Marten von Barnekow (Anggota kontingen Jerman. Pangkat terakhir SS-Sturmbannführer der Reserve), Presiden Polandia Ignacy Mościcki, Rittmeister Ernst Hasse (Anggota kontingen Jerman. Pangkat terakhir tidak diketahui), Oberstleutnant Wolfgang Freiherr von Waldenfels (Ketua kontingen Jerman. Pangkat terakhir Generalmajor), dan Oberleutnant Kurt Hasse (Saudara Ernst Hasse yang juga menjadi anggota kontingen Jerman. Pangkat terakhir Oberstleutnant).


Sumber :
https://forum.axishistory.com/viewtopic.php?f=5&t=249725

Friday, June 5, 2020

Jagoan Stuka Hartmut Schairer dan Kameranya

Oberleutnant Hartmut Schairer (Staffelkapitän 7.Staffel / III.Gruppe / Sturzkampfgeschwader 1) terlihat sedang membersihkan kamera Leica-nya. Jagoan Stuka ini dianugerahi medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 30 Agustus 1941 setelah dia menyelesaikan 150 misi tempur sebagai seorang pilot serang-darat Luftwaffe. Sayangnya, Hauptmann Schairer gugur dalam tugas hampir setahun kemudian - tepatnya pada tanggal 19 Juli 1942 - setelah pesawat Junkers Ju 87 yang dipilotinya jatuh di Staraya Russa, Uni Soviet, dalam misi tempurnya yang ke-562. Gunner kepercayaan yang telah menemaninya dari sejak tahun 1940, Oberfeldwebel Heinz Bevernis, ikut tewas pula bersamanya. Sang penembak senapan mesin kemudian dianugerahi medali Ritterkreuz secara anumerta pada tanggal 19 September 1942, dan tercatat sebagai gunner / operator radio Stuka pertama di seantero Luftwaffe yang mendapatkan kehormatan setinggi itu! BTW, dari jutaan prajurit Jerman yang berangkat menuju medan tempur dalam Perang Dunia II, banyak diantaranya yang membawa serta pula kamera pribadi mereka demi untuk merekam jejak 'Dienstzeit' (pengabdian militer) dalam perang akbar tersebut, sebuah era yang - mereka ketahui dengan pasti - akan menjadi salah satu yang paling terkenal dalam sejarah (dan karenanya mereka tidak mau ketinggalan untuk mengabadikannya!). Foto-foto yang dihasilkan biasanya kemudian dikirimkan ke handai taulan atau teman di kampung halaman dalam bentuk satuan, kartupos atau album. Tak ada pihak lain dalam Perang Dunia II yang melebihi 'kegilaan' tentaranya Hitler dalam hal mendokumentasikan segala sesuatu yang mereka temui di lapangan, sehingga tercatat JUTAAN foto dari masa itu yang sampai sekarang masih tersimpan rapi di banyak album, kotak ataupun arsip penyimpanan! Kamera yang paling sering dipakai oleh prajurit Jerman adalah yang berformat 127 atau 120 (juga kamera film 35mm yang lebih modern). Benda-benda ini digunakan oleh para "soldat" dengan penuh dedikasi dan akurasi, layaknya seperti saat mereka sedang membidikkan senapan Mauser atau meriam Krupp dalam pertempuran!


Sumber :
Buku "Memoars of a Stuka Pilot" karya Helmut Mahlke

Tuesday, June 2, 2020

Prajurit Afrikakorps Mengenakan Tropenhelm Niederlande

 Seorang anggota Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division berfoto di sebuah studio di Jerman dengan mengenakan tropenhelm "Niederlande" (Belanda) pada tanggal 13-14 April 1941, kemungkinan besar sebelum berangkat menuju Afrika Utara untuk bergabung dengan DAK (Deutsches Afrikakorps) pimpinan Generalleutnant Erwin Rommel. Uniknya, penamaan helm tropis jenis ini bukanlah karena dia dipakai oleh militer Belanda sebelumnya, melainkan karena merupakan hasil produksi MOL NV di Breda Belanda, berdasarkan lisensi dari SAPHI (South African Pith Helmet Industries of Pretoria), untuk kepentingan tentara Afrika Selatan. Sayangnya, sebelum sempat dikapalkan ke benua Afrika, negara penjajah Indonesia tersebut keburu diduduki oleh pasukan Jerman pada tahun 1940 sehingga helm-helm yang masih fresh belum dipakai kemudian dibagikan kepada para anggota Panzer-Regiment 8, yang nantinya dikirimkan ke Afrika Utara pada bulan Mei 1941, dengan sedikit modifikasi tambahan panji Hoheitsabzeichen dan shield berbahan metal di bagian samping. Tentara Jerman memakainya karena pada waktu itu mereka masih kekurangan stok tropenhelm untuk dipakai oleh prajurit-prajuritnya yang ditugaskan di medan perang Afrika yang beriklim panas, sehingga dipakailah apa yang tersedia meskipun penggunaannya pun masih terbatas. Pada awalnya diduga hanya beberapa ratus saja helm jenis ini yang dibagikan, tapi kemudian diketahui bahwa jumlahnya mencapai 2000-3000 buah! Perkiraan ini didasarkan pada jumlah unit yang mengenakan tropenhelm "Niederlande" di Afrika Utara bulan Mei 1941 yang merupakan bagian dari 15. Panzer-Division: Panzer-Regiment 8 (kompi ke-2, 5, 6, dan kompi Stab II.Abteilung), Artillerie-Regiment 33, Aufklärungs-Abteilung 33, dan Panzerjäger-Abteilung 33. Ketika pasukan Rommel berhasil merebut Tobruk pada bulan Juni 1942, lebih banyak lagi helm "polo" Afrika Selatan yang berhasil dirampas. Yang membedakan adalah: mereka bukanlah buatan Belanda melainkan buatan Inggris, dan jumlahnya pun tidak sebanyak hasil rampasan pada tahun 1940. Untuk membedakan tropenhelm buatan Belanda dan Inggris cukup melihat bagian dalamnya, dimana yang buatan Belanda tertera stempel "MOL NV" dan "HOLLAND".


Sumber :
http://afrikakorps.forumcrea.com/viewtopic.php?id=1880

Monday, June 1, 2020

Tank Tiger di Front Leningrad 1942

Para prajurit infanteri Wehrmacht berjalan melewati sebuah Panzerkampfwagen VI Tiger Ausf.H1 milik schwere Panzer-Abteilung 502 di Leningrad, Uni Soviet, awal musim gugur tahun 1942. Unit tank berat Heer ini tiba di sektor Leningrad pada akhir bulan Agustus 1942, dan untuk pertama kalinya mencicipi ganasnya pertempuran pada tanggal 16 September 1942 di selatan Danau Ladoga (peristiwa ini juga tercatat dalam sejarah sebagai aksi pertama tank Tiger dalam kancah Perang Dunia II). Pada tanggal 22 September, setelah menyeberangi sebuah pematang, sebuah Tiger terjebak dalam lumpur. Karena sulitnya medan, ditambah dengan tembakan gencar dari tentara Rusia, tank berat tersebut tak dapat ditarik keluar meskipun telah dicoba berkali-kali. Untuk mencegahnya jatuh ke tangan musuh, dengan sangat terpaksa monster satu ini diledakkan oleh pasukan Jerman pada tanggal 25 November 1942, sehingga secara resmi menjadi Tiger pertama yang menjadi korban perang. Beberapa lagi tank Tiger dan Panzer III tiba di markas schwere Panzer-Abteilung 502 pada tanggal 25 September, yang kemudian digunakan untuk melengkapi kompi pertama unit tersebut. Kloter Tiger selanjutnya yang datang di bulan Februari 1943 nantinya digunakan untuk mengganti tank-tank yang telah hancur atau rusak.






Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/502nd_Heavy_Panzer_Battalion
https://reibert.info/threads/sd-kfz-181-pz-kpfw-vi-tiger.14285/page-43

Foto Grup schwere Panzer-Abteilung

 Para anggota sebuah kompi tank berat Jerman berpose bersama dengan dua buah tunggangan andalan mereka, Panzerkampfwagen VI Tiger (8,8 cm L/56) Ausf.E (Sd.Kfz. 181). Detasemen Tank Berat Jerman (schwere Panzerabteilungen), adalah unit tank elite dalam Perang Dunia II seukuran batalyon yang dilengkapi dengan Tiger I, dan kemudian Tiger II. Pada awalnya unit semacam ini ditujukan untuk bertempur secara ofensif dalam operasi penembusan pertahanan musuh, tapi kemudian situasi perang yang makin memburuk memaksa mereka digunakan untuk tujuan defensif dengan menyediakan tembakan pendukung serta ujung tombak dalam serangan balik ke wilayah-wilayah dimana pasukan lapis baja musuh berhasil menembus masuk pertahanan Jerman. Karenanya dalam beberapa kesempatan mereka kadang direorganisasi menjadi Kampfgruppen (Grup-Grup Tempur) yang hanya digunakan sementara dan sesuai kebutuhan saja sebelum dikembalikan kembali ke unit asal mereka


Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2012/09/foto-panzerkampfwagen-vi-tiger.html

Erwin Rommel Menginspeksi Tank Tiger

Generalfeldmarschall Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") menginspeksi salah satu Tiger keluaran pertama Jerman dengan nomor sasis 250001, kemungkinan di Pusat Pengembangan Senjata Wehrmacht di Kummersdorf pada bulan September-Oktober 1942. Pelindung roda rantai depannya masih bersifat tambalan, sementara bagian belenggu penariknya sendiri bukan dari tipe standar. Selain dari ukurannya yang bongsor, Rommel terutama sekali mengagumi lampu sorot Bosch yang dipasang di bagian depan (begitu berharganya lampu ini, sehingga para awak Tiger biasa mencopot dan menyimpannya terlebih dahulu sebelum berangkat menuju medan tempur!). Tiga Tiger pertama tiba di medan perang Afrika Utara pada tanggal 23 November 1942, dan untuk pertama kalinya beraksi dalam pertempuran di Tunisia pada tanggal 1 s/d 3 Desember 1942 saat mereka - dengan dibantu oleh pesawat-pesawat Stuka dan "gerombolan" Panzer III - menghancurkan 134 tank Sekutu di timur Tebourba! BTW, pada saat pertama keluar dari pabrik, tank berat satu ini mempunyai nama resmi "Panzerkampfwagen VI Ausführung H (Henschel)" (Panzer VI versi H), biasa disingkat "PzKpfw VI Ausf.H", sementara bagian suplai senjata biasa menyebutnya sebagai "Sonderkraftfahrzeug 182" (Kendaraan Fungsi Khusus 182) atau "Sd.Kfz.182". Tapi pada bulan Maret 1943 penamaannya dirubah menjadi PzKpfw VI Ausf.E atau Sd.Kfz.181.


 Lampu sorot Bosch



Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Tiger_I
https://forum.warthunder.com/index.php?/topic/149313-tiger-headlight-34bug34/
https://www.reddit.com/r/TankPorn/comments/288gt0/erwin_rommel_inspects_one_of_first_ausf_e_tiger/