Sunday, January 26, 2020

Fritz Bayerlein dan Kurt Kauffmann

 Dari kiri ke kanan: Generalmajor Fritz Bayerlein (Kommandeur Panzer-Lehr-Division) bersama dengan Kepala Operasinya, Major im Generalstab Kurt Kauffmann, di Hungaria pada bulan April 1944. Tidak banyak yang tahu bahwa sang Divisionskommandeur Bayerlein - yang merupakan seorang pahlawan perang peraih medali Schwerter - adalah seorang "mischling" (mempunyai darah campuran Yahudi), dan dia juga adalah seorang biseksual alias depan bisa belakang bisa! Dua kondisi ini dapat dengan mudah membuatnya dipenjara, karena Nazi Jerman dikenal sangat benci Yahudi dan kaum homoseksual. Bayerlein sendiri hampir saja diberhentikan dari Angkatan Darat saat hasil Arierparagraph (Sertifikat Keturunan Arya) miliknya keluar pada tahun 1934. Tapi kemudian, kemungkinan karena dianggap sebagai seorang perwira bermasa depan cemerlang, status Yahudi Bayerlein sengaja tidak dipublikasikan oleh atasannya. Meskipun catatan kepolisian mengenaikecenderungan homoseksualnya telah ada dari tahun 1933 (dan diketahui pula oleh beberapa orang anakbuahnya), tapi informasi inipun sengaja tidak dikeluarkan untuk publik. bayerlein menjawab perlakuan istimewa tersebut dengan karya nyata di medan tempur, dimana dia menjadi kepercayaan "Si Rubah Gurun" Rommel di Afrika Utara, dan juga kemudian menjadi Komandan Divisi elit Panzer-Lehr serta XLVII. Panzerkorps


Sumber :
Buku "Lives of Hitler's Jewish Soldiers" karya Bryan Mark Rigg halaman 134

Tawanan Perang Soviet dan Sturmgeschütz III

Rombongan tawanan Tentara Merah menunggu untuk dipindahkan oleh unit pengawal Jerman ke kamp penampungan sementara. Mereka mengenakan mantel dengan warna dan model yang bermacam-macam, dengan sebagiannya telah beralih menggunakan pakaian sipil. Foto ini diambil oleh Kriegsberichter Schlosser di sebuah stasiun kereta api tak dikenal di Ukraina, pada tahun 1943. Di latar belakang terlihat dua buah StuG (Sturmgeschütz) III yang masih fresh - dengan cat kamuflase tiga warna - yang tampaknya baru diturunkan dari kereta transport dan kini telah siap untuk berangkat menuju ke unit penempatannya. Diperkirakan bahwa sekitar 3,3 juta tawanan perang Soviet telah tewas di kamp-kamp penampungan Jerman. Angka ini mencakup 57% dari total 5,7 juta prajurit Rusia yang ditawan oleh Wehrmacht, sebuah angka kematian yang sangat kontras bila dibandingkan dengan 8.300 prajurit Inggris dan Amerika yang meninggal di kamp dari total 231.000 orang (sekitar 3,6 %)! Dari berjuta-juta tawanan Soviet yang tewas, 5% diantaranya berkebangsaan Yahudi. Kebanyakan mereka kehilangan nyawanya dalam periode antara bulan Juni 1941 (dimulainya Unternehmen Barbarossa) sampai dengan bulan Januari 1942 (serangan balik Soviet di sekitar Moskow), dimana pihak Jerman diperkirakan telah membunuh 2,8 juta orang tawanan mereka, terutama dengan jalan membuat mereka kelaparan secara disengaja, dibiarkan berada di luar ruangan secara terus-menerus, atau dieksekusi secara langsung. Satu juta lagi kemudian dibebaskan untuk mengabdi sebagai "sukarelawan" Wehrmacht (Hilfswilige) di garis belakang, atau bergabung dengan unit-unit perang bentukan Jerman. Sekitar 500.000 orang dari total tawanan perang Soviet ini berhasil melarikan diri atau dibebaskan, sementara sisanya harus pasrah menjalani nasib sebagai penghuni kamp penampungan sampai dengan akhir perang.



Sumber :
http://ww2colorfarbe.blogspot.com/2020/01/soviet-pows-guarded-by-german-stugs.html

Pasukan Jerman di Rotterdam (1940)

Para prajurit dari 9. Panzer-Division bersiap-siap untuk memasuki kota Rotterdam, Belanda, pagi hari tanggal 14 Mei 1940. Sementara unit-unit infanteri berkumpul di latar belakang, tank-tank dari jenis Panzerkampfwagen IV berjajar menunggu perintah. Bentuk cupola menunjukkan bahwa panzer yang terlihat dalam foto ini adalah penerus Ausf.A (bisa jadi Ausf.B, C atau D). Terdapat dua buah marking "X" di bagian tengah belakang serta di bawah kabel penarik, yang menunjukkan bahwa mereka merupakan kepunyaan dari 9. Panzer-Division, khususnya unit lapis bajanya (Panzer-Regiment 33). Semua awaknya terlihat mengenakan seragam panzer hitam M1934 yang dipadukan dengan schutzmütze (baret panzer), sementara sang komandan di tengah mengenakan sabuk "Sam Browne" (yang pemakaiannya kemudian dihapuskan setelah tahun 1940). Mereka telah siap-sedia untuk melakukan penyerbuan ke dalam Rotterdam, tapi kemudian datang berita gembira yang menyatakan bahwa Belanda telah secara resmi menyerah di hari itu sehingga tak perlu pertumpahan darah untuk menguasainya. Sementara sebagian pasukan beristirahat, sebagiannya lagi melanjutkan perjalanan ke arah selatan untuk mengejar tentara Prancis dan Belgia yang mundur ke arah Antwerpen dan Dunkirk.


Sumber :
Buku "Panzer Vor: German Armor At War 1939-45" karya Frank V. De Sisto
https://de.wikipedia.org/wiki/Schlacht_um_die_Niederlande
https://www.warhistoryonline.com/war-articles/german-invasion-netherlands-may-1940-pictures.html

Saturday, January 25, 2020

Kradschützen dan Aufklärungszug dari Nordland

Awak sebuah Sd.Kfz.250/5 #402 milik peleton pelopor (Aufklärungszug) dengan plat nomor SS-800647 dari 4.Kompanie / SS Panzer-Aufklärungs Abteilung 11 / 11.SS Freiwilligen-Panzergrenadier-Division "Nordland" menyerahkan selembar kertas berisi informasi situasi pertempuran terkini kepada seorang pengantar pesan bermotor SS (SS-Kradschützen) yang duduk di atas sepeda motor dari jenis DKW NZ 350. Perhatikan simbol Sonnenrad (Roda Matahari) atau Ger-Rune di Sd.Kfz.250/5 yang digunakan oleh Divisi Nordland sebagai lambang unit mereka! Foto ini diambil bulan Juli 1944 saat Tentara Merah melakukan serbuan masif berulangkali terhadap garis Tannenberg di Narva. Divisi Nordland bertahan mati-matian menjaga garis pertahanan yang sangat vital ini bersama dengan 20. Waffen-Grenadier-Division der SS (Estonia), 5. SS-Freiwilligen-Sturmbrigade Wallonien (Wallonie), 6. SS-Freiwilligen-Sturmbrigade Langemarck (Flemish), 4. SS-Freiwilligen-Panzergrenadier-Brigade Nederland (Belanda) dan Kampfgruppe Strachwitz dari Panzergrenadier-Division Großdeutschland. Mereka pantang untuk mundur walaupun kekuatan musuh jauh berada di atas mereka. Begitu sengit dan brutalnya pertempuran yang terjadi sehingga gugurlah komandan Divisi Nordland SS-Gruppenführer Fritz von Scholz, dilanjutkan oleh komandan SS-Panzergrenadier-Regiment 23 Norge serta 24 Danmark! Meskipun begitu, pengorbanan mereka membawa hasil, dan dalam pergulatan yang berlangsung tiga hari tersebut (27-29 Juli 1944), pasukan Jerman berhasil menghancurleburkan tidak kurang dari 113 tank T-34 yang menyerbu garis pertahanan mereka! Tidak hanya itu, dari 136.830 tentara Soviet yang melakukan ofensif di Narva bulan Juli 1944, hanya beberapa ribu yang selamat, dan seantero resimen tank Soviet musnah! Tertahannya ofensif Soviet di hadapan pasukan gabungan Heer dan Waffen-SS memampukan lebih dari 25.000 warga Estonia dan 3.700 orang Swedia untuk meloloskan diri ke negara Swedia yang netral.


Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2011/10/krad-melder-kradschutzen-dan-krad.html

Pemboman Pelabuhan Bari (1943)

Formasi pesawat pembom Junkers Ju 88 A-4 Luftwaffe dari Luftflotte 2 dalam perjalanan menuju Bari, Italia, di awal sore tanggal 2 Desember 1943. "Luftangriff auf den Hafen von Bari" (Serangan udara terhadap Pelabuhan Bari) adalah salah satu misi pemboman Jerman yang paling sukses dalam Perang Dunia II. 105 buah bomber Ju 88 memporakporandakan pelabuhan yang diduduki oleh Sekutu tersebut, menenggelamkan 28 kapal sementara hanya kehilangan satu pesawat saja! Ironisnya, di hari yang sama beberapa jam sebelum serangan, Marsekal Udara Sir Arthur Coningham berkata dengan pede-nya dihadapan para wartawan, "Saya akan menganggap sebuah penghinaan pribadi apabila ada satu saja pesawat Jerman yang terbang di atas kota Bari!" Panglima Pasukan Udara Taktis Inggris di Afrika Barat Laut tersebut - yang nantinya hilang di Segitiga Bermuda - bahkan bertindak lebih jauh dengan meniadakan pengamanan anti pesawat di darat dan udara, serta membiarkan lampu-lampu menerangi pelabuhan di malam hari sehingga memudahkan pihak penyerang Jerman dalam mendeteksi keberadaan targetnya! Tepat pukul 19:25 pembantaian pun dimulai, yang berlangsung kurang lebih satu jam saja tapi yang menyisakan kehancuran total di Bari. Selain dari kehilangan puluhan kapalnya, pihak Sekutu juga menderita korban 1.000 orang personil militer serta 1.000 warga sipil yang kehilangan nyawanya. Salah satu dari kapal yang tenggelam membawa serta gas beracun yang kemudian bocor dan membunuh setidaknya 83 orang. Pihak Sekutu mati-matian berusaha menutupi fakta ini, karena tidak ingin Jerman terdorong untuk menggunakan gas yang sama dalam peperangan. Hitler, yang menjadi korban serangan gas dalam Perang Dunia Pertama, terkenal menentang keras penggunaan gas beracun dalam peperangan (diklaim sebagai salah satu dari sedikit hal "baik" yang dia lakukan), dan bila saja dia tahu bahwa salah satu dari kapal Sekutu tersebut dipenuhi oleh peluru artileri berisi gas berbahan mematikan, kemungkinan besar dia akan mempertimbangkan penggunaannya dalam melawan musuh-musuhnya!



Sumber :
http://fly.historicwings.com/2012/12/deadly-mystery-at-bari/
https://ww2inphotos.wordpress.com/2017/07/27/junked-junkers/

Friday, January 24, 2020

Prajurit Wehrmacht Berfoto Konyol di Paris

Melayang di angkasa di atas kota Paris? Tidak juga. Foto yang diambil pada tahun 1940 ini memperlihatkan seorang Unteroffizier Heer, bersama dengan temannya pelaut Kriegsmarine, yang sedang bersenang-senang dengan berpose di sebuah studio di Paris layaknya seorang penerbang kawakan. Backdrop pemandangan yang memperlihatkan menara Eiffel dalam foto ini menjadi salah satu lokasi favorit untuk berfoto bagi para prajurit Wehrmacht yang sedang melancong di ibukota Prancis tersebut, dan foto-fotonya - dengan pengemudi yang berbeda-beda - telah banyak tersebar dimana-mana. Tahun 1940 sendiri bisa dibilang merupakan "masa bahagia" bagi para anggota Angkatan Bersenjata Jerman. Tentu saja, 27.000 orang diantara mereka telah kehilangan nyawanya dalam Pertempuran Prancis (Mei-Juni 1940), tapi kampanye militer kolosal tersebut bisa dibilang berlangsung cukup singkat dan berakhir dengan kemenangan gilang gemilang pasukan Jerman. Dengannya, kekalahan menyakitkan dalam Perang Dunia Pertama telah terbalas! Perang yang lebih besar melawan Uni Soviet belum lagi berkobar, sehingga para prajurit Jerman bisa menikmati untuk sementara hasil jerih payah mereka di wilayah-wilayah pendudukan baru (Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg, Denmark dan Norwegia). Memang ada rencana serta persiapan penyerbuan secara amfibi ke Kepulauan Inggris (Unternehmen Seelöwe), tapi sementara pilot-pilot Luftwaffe berjibaku di atas angkasa Britania, para kompatriotnya di darat mempunyai waktu yang lebih dari cukup untuk bersenang-senang di Paris. Hanya berselang satu setengah tahun kemudian, banyak dari mereka yang nantinya mati membeku di gerbang kota Moskow...


Sumber :
https://ww2inphotos.wordpress.com/2017/07/28/those-magnificent-men-in-their-flying-machines/

Kunjungan Erich von Manstein ke 198. Infanterie-Division

 Generalfeldmarschall Erich von Manstein (Oberbefehlshaber Heeresgruppe Süd) dalam kunjungan ke markas Grenadier-Regiment 305 / 198. Infanterie-Division yang berlokasi di Krementschuk/Dniepr, bulan Oktober 1943. Berdiskusi dekat kamera, dari kiri ke kanan: Generalleutnant Hans-Joachim von Horn (Kommandeur 198. Infanterie-Division), Manstein, Oberstleutnant Josef Graßmann (Kommandeur Grenadier-Regiment 305), dan Generalleutnant Theodor Busse (Chef des Generalstabes Heeresgruppe Süd). Paling kiri terlihat seorang Leutnant Luftwaffe berwajah cemong yang sedang melihat ke kejauhan. Kemungkinan dia adalah pilot pribadi Marsekal Manstein yang bertugas mengantarkannya ke seantero wilayah operasional Heeresgruppe Süd. Sementara itu, perwira Heer yang membawa serta teropong di latar belakang adalah Leutnant der Reserve Robert Salzer, Ordonnanzoffizier Grenadier-Regiment 305 yang nantinya dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold pada tanggal 12 September 1944. Pada saat foto ini diambil, pasukan Jerman di selatan Rusia sedang dalam kondisi berantakan setelah kegagalan Unternehmen Zitadelle / Pertempuran Kursk, yang diikuti oleh serangan balik Tentara Merah yang masif. 198. Infanterie-Division sendiri berada di bawah komando XI.Armeekorps / 8.Armee / Heeresgruppe Süd. Pada akhir musim semi tahun 1944, divisi yang dibentuk di Praha (Cekoslowakia) pada tahun 1939 ini ditarik mundur dari Front Timur karena telah sekarat akibat pertempuran non-stop, dan anggota-anggotanya yang masih tersisa kemudian direorganisasi ulang di Prancis pada bulan Juni 1944 dengan nama baru: Infanterie-Division Böhmen.




Sumber :
https://www.forum-der-wehrmacht.de/index.php?thread/14689-ritterkreuztr%C3%A4ger-josef-gra%C3%9Fmann-ir21-33-id-299-id-198-id/

Tuesday, January 21, 2020

Tertangkapnya Menteri Luar Negeri Arthur Seyss-Inquart

Pada tanggal 4 Mei 1945, SS-Obergruppenführer Dr.jur. Arthur Seyss-Inquart (Reichsminister des Auswärtigen) ditangkap oleh pasukan Inggris dari 53rd (Welsh) Infantry Division di pinggiran Hamburg, tak lama setelah melakukan pertemuan dengan pemimpin Nazi Jerman pengganti Hitler, Großadmiral Karl Dönitz. Seyss-Inquart diciduk setelah mobilnya dihentikan oleh dua orang prajurit muda dari 53rd Welsh di jembatan Elbe. Salah satu penangkapnya bernama Norman Miller, seorang Yahudi Jerman asal Nürnberg yang bernama asli Norbert Müller. Dia melarikan diri ke Inggris sebelum perang pecah saat usianya baru 15 tahun, dan kemudian kembali lagi ke Jerman sebagai bagian dari pasukan pendudukan Inggris (seluruh keluarga Miller yang tertinggal di Jerman tewas dalam Kamp Jungferonhof di Riga, Latvia, pada tahun 1942). Setelah ditangkap, Seyss-Inquart lalu diinterogasi oleh John Suffolk di markas Polisi Militer. Ketika badannya digeledah, diketahui bahwa petinggi Nazi Jerman asal Austria ini membawa serta sebuah pisau yang diikatkan di salah satu pahanya, sementara di paha lainnya terikat pula pistol Sauer 38H. Foto yang diambil oleh Captain Tony Rutherford ini memperlihatkan Menteri Luar Negeri Seyss-Inquart tak lama setelah penangkapannya. Dia mengenakan schirmmütze (topi visor) Außenministerium yang dipadukan dengan ledermantel (jaket kulit). Di belakangnya berdiri sang interogator John Suffolk - yang berwajah mirip Mr. Bean - serta Glyn Davis


Sumber :
http://www.wehrmacht-awards.com/forums/showthread.php?t=1030460



Friday, January 17, 2020

Reenactment Era Third Reich

Foto ini terdapat dalam Wehrpaß (buku tugas) seorang prajurit Wehrmacht, dengan keterangan bahwa dia diambil pada tahun 1940. Uniknya, disini sang soldat dan teman-temannya mengenakan seragam prajurit Kerajaan Prusia dari abad ke-18. Pertanyaannya: apakah mereka sedang melakukan sesi reenactment ataukah hanya sekedar iseng-iseng nyobain pakaian zaman jebot? Keterangan lebih lanjut menyebutkan bahwa para prajurit ini sedang dilibatkan dalam syuting "Der Große König" (Raja Agung), film yang mengangkat kisah Raja legendaris Friedrich the Great dari Prusia, yang diadakan pada musim semi dan awal musim panas tahun 1940. Karena semua produk propaganda Jerman di masa perang - khususnya dalam hal ini adalah film - diproduksi serta diawasi langsung oleh negara, maka pemerannyapun seringkali diambil dari para PNS atau tentara yang telah mendapatkan cuti khusus demi untuk membintangi film tersebut. Khusus untuk "Der Große König" sendiri, para figurannya sebagian besar diambil dari unit Polizei-Infanterie-Regiment 1 dan Polizei-Ausbildungs-Bataillon Oranienburg. Film dengan masa putar 118 menit yang disutradarai oleh Veit Harlan ini dirilis untuk pertama kalinya pada tanggal 3 Maret 1942. Hasilnya bisa dibilang sukses besar, karena berhasil mendapatkan Piala Mussolini untuk gelar Film Asing Terbaik dalam Festival Film Venesia tahun 1942. Sambutan penontonpun tidak mengecewakan, karena dia mampu mendapatkan pemasukan enam juta Reichsmark (sementara biaya produksinya 4,7 juta Reichsmark). Sebagai peran utama dalam film ini - yang memerankan Friedrich the Great - adalah Otto Gebühr. Aktor kawakan yang begitu identik dengan sang Raja Friedrich karena telah memerankannya dalam 16 film yang berbeda! BTW, di era Third Reich juga seringkali diadakan acara reenactment untuk mengenang kebesaran Jerman di masa lalu, utamanya adalah event berkala di halaman Grosses Militair-Waisenhaus di Potsdam, yang diselenggarakan selama berlangsungnya acara Stiftungsfest (Festival Para Pendiri).


Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/The_Great_King
https://www.forum-der-wehrmacht.de/index.php?thread/48211-polizei-infanterie-regiment-1-und-film-der-gro%C3%9Fe-k%C3%B6nig/
http://www.militaria-archive.com/AlbumsIII/Polizei-Ausbildungs-Bataillon-Oranienburg/index_2.html
http://www.wehrmacht-awards.com/forums/showthread.php?t=1030312



Tuesday, January 14, 2020

Meriam Flak 88 Jerman

Bisa dibilang bahwa meriam paling terkenal dalam Perang Dunia II adalah Flak 36 kaliber 88mm milik Jerman, senjata anti pesawat udara yang sering disebut juga dengan nama panggilan "Acht-acht" atau "Eighty-eight". Meriam ini beroperasi perdana dalam kancah Perang Dunia Pertama, meskipun versi yang dipakai dalam Perang Dunia II adalah hasil dari pengembangan di tahun 1920-an dan 1930-an. Dalam Perang Saudara Spanyol (1936-1939), diketahui bahwa meriam satu ini juga sangat efektif untuk menghancurkan sasaran di darat seperti tank dan kendaraan perang lainnya. Flak 88 bisa dibongkar pasang secara cepat untuk kemudian dipindahkan ke tempat lainnya, hanya saja membutuhkan half-track Sd.Kfz. 7 untuk menariknya. Istimewanya, dia dapat menembakkan peluru granat seberat 9,4 kilogram ke ketinggian 9.900 meter, sehingga menimbulkan ancaman serius bagi pesawat-pesawat pembom Sekutu yang biasa kelayapan di ketinggian yang jauh dari jangkauan senjata anti pesawat udara biasa. Saat digunakan sebagai senjata anti-tank, Flak 88 mampu meng-K.O. tank musuh dalam jarak sampai dua kilometer jauhnya! Senjata ini juga dijadikan sebagai basis untuk meriam utama Panzerkampfwagen VI Tiger, tank Jerman yang paling ditakuti dalam kancah Perang Dunia II. Baterai-baterai Flak biasanya dioperasikan oleh Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman), dengan awak di pos-pos pertahanan dalam negeri yang makin kesini semakin muda saja (akibat langsung dari kekurangan sumberdaya parah yang dialami oleh Nazi Jerman seiring dengan perang yang berlarut-larut!). Foto ini memperlihatkan delapan dari 11 orang awak standar untuk Flak 88.



Sumber :
https://ww2inphotos.wordpress.com/2017/07/31/acht-acht/

Kematian Jenderal Hermann Ritter von Speck

General der Artillerie Hermann Ritter von Speck (8 Agustus 1888 - 15 Juni 1940) dilahirkan dengan nama Hermann Speck, dan merupakan anak dari seorang Generalmajor asal Bavaria yang bernama Maximilian Ritter von Speck. Dia kemudian mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang prajurit setelah bergabung sebagai Fahnenjunker di 3. Feldartillerie-Regiment "Prinz Leopold" pada tahun 1907. Speck ikut berpartisipasi dalam Perang Dunia I dan, setelah aksinya yang mengarahkan tembakan artileri ke arah pasukan Prancis di Gellenoncourt sehingga membuat mereka menyerah, dia kemudian dianugerahi medali keberanian tertinggi Bavaria, Ritterkreuz des Militär-Max-Joseph-Ordens, pada tanggal 7 September 1914. Selain itu, Speck juga mendapat gelar kebangsawanan Bavaria, "Ritter von". Setelah perang usai, Speck bergabung dengan Freikorps yang bertempur melawan pemberontakan kaum komunis dan sosialis di kampung halamannya. Ketika Reichswehr dibentuk pada tahun 1919, dia termasuk satu dari 100.000 orang mantan prajurit Kekaisaran Jerman yang diikutsertakan. Karirnya makin menanjak, sampai menjadi komandan dari 33. Infanterie-Division (1 Maret 1938 - 29 April 1940), XXXXIII. Armeekorps (1 Mei 1940 - 31 Mei 1940), dan XVIII. Armeekorps (5 Juni 1940 - 15 Juni 1940). Pada tanggal 15 Juni 1940, Generalleutnant Speck tertembak oleh musuh dalam pertempuran di Pont-Sur-Yonne, Prancis, saat memimpin pasukannya di posisi terdepan. Dia meninggal beberapa jam kemudian akibat dari luka-lukanya. Speck tercatat sebagai satu-satunya jenderal Wehrmacht yang terbunuh dalam penyerbuan Jerman atas Prancis! Jenazahnya kemudian dipulangkan ke rumahnya di Mannheim, disemayamkan untuk sementara disana sebelum dipindahkan menggunakan kereta api ke Münich pada tanggal 18 Juni 1940. Upacara pemakaman dilaksanakan keesokan harinya di kompleks pemakaman disana yang terletak di dalam hutan. Sebagai penghargaan atas jasanya, Speck secara anumerta mendapatkan medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 17 Oktober 1940, sebagai Generalleutnant dan Kommandierender General XVIII. Armeekorps. Dengan alasan yang tidak diketahui, Speck juga dipromosikan secara anumerta menjadi General der Artillerie pada tanggal 15 Desember 1944, berselang 4½ tahun setelah kematiannya! Pada tahun 2010, wartawan Jay Nordlinger mewawancarai anak perempuan Speck, yang kemudian mengklaim bahwa ayahnya telah dengan sengaja mencari kesempatan untuk gugur dalam pertempuran. "Berdasarkan kata putrinya, sang jenderal ingin mati, dan mencari cara agar keinginannya terpenuhi. Dia merasa bahwa dia tak dapat melanggar sumpahnya sebagai seorang prajurit militer dengan menyeberang ke pihak musuh. Sementara itu, keyakinan Katoliknya mencegah dia untuk melakukan bunuh diri - bunuh diri secara langsung, dapat dikatakan begitu. Jadi dia menempatkan dirinya di arah tembakan musuh. Dalam kata terakhirnya, dia tidak mengatakan "sampaikan cintaku pada keluargaku" - atau sesuatu seperti itu - melainkan hanya sekedar, "memang harus seperti ini jalannya..." (Salzburg Souvenirs part IV)


Sumber :
https://www.omsa.org/lieutenant-general-hermann-ritter-von-speck/

Sunday, January 12, 2020

Kereta Luncur Anjing Wehrmacht

 Unit Schlittenhunde alias kereta luncur berpenarik anjing dari 6. Gebirgs-Division. Unit satu-satunya di seantero Wehrmacht ini dibentuk oleh sukarelawan asal Swedia bernama Åke Aspegrén. Aspegrén adalah seorang peternak anjing ternama di negaranya, dan tim kereta luncur anjingnya telah banyak diberitakan dalam berbagai majalah serta penerbitan lainnya di masa sebelum pecahnya Perang Dunia II. Pada awalnya dia bergabung dengan unit sukarelawan asal Swedia yang rencananya akan dikirimkan ke Finlandia untuk membantu melawan invasi Soviet dalam Perang Musim Dingin 1939/40, tapi konfrontasi bersenjata keburu berakhir sebelum mereka sempat mencicipi pertempuran. Saat Finlandia berperang kembali dengan musuh lamanya di tahun 1941, Aspegrén mengajukan diri lagi untuk menjadi sukarelawan, hanya kali ini dia lebih memilih untuk bergabung dengan pasukan Wehrmacht di Skandinavia, yang dianggapnya lebih mempunyai sumber daya manusia, perlengkapan dan senjata dalam perang musim dingin melawan Tentara Merah. Permintaannya untuk bergabung diterima pada akhir tahun 1941, dan Aspegrén tiba di Finlandia di awal tahun 1942. Konsep kereta luncur yang ditarik anjing sendiri pertama kalinya diujicoba di lingkungan internal Gebirgsjäger-Regiment 141. Ketika eksperimennya terbukti berhasil, dibentuklah sebuah unit kereta luncur anjing terpisah yang berada di bawah komando Aspegrén. Unit ini terutama sekali digunakan untuk mendukung operasi-operasi militer kecil di belakang garis pertahanan musuh, serta berperan sebagai unit reaksi-cepat dalam pertempuran-pertempuran di wilayah yang dipenuhi oleh salju


Sumber :
https://www.axishistory.com/books/150-germany-heer/heer-divisionen/3200-6-gebirgs-division#

Upacara Terakhir 6. Gebirgs-Division

Norwegia, 8 Mei 1945: Upacara terakhir dari I.Bataillon / Gebirgsjäger-Regiment 143 / 6.Gebirgs-Division sebelum menyerahkan diri ke tangan pasukan Inggris. Kekuatan unit Pasukan Gunung Wehrmacht ini terbilang masih utuh saat Jerman menyerah pada Sekutu di hari itu, karena di hampir sepanjang eksistensinya mereka "hanya" bertugas sebagai pasukan pendudukan di Skandinavia dan bukannya pasukan tempur di front terdepan (6. Gebirgs-Division sendiri baru dibubarkan pada tanggal 6 Agustus 1945, berbulan-bulan setelah perang di Eropa berakhir). Beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada tanggal 27 April 1945, Republik Austria didirikan dengan Karl Renner dari Partai Sosialis sebagai Presiden sekaligus Kanselir pertamanya. Pada awal bulan Mei dia mengirimkan pesan melalui radio, menyerukan agar prajurit-prajurit Wehrmacht yang berasal dari Austria supaya menyerah saja kepada Sekutu daripada meneruskan perang yang sia-sia. Pengumuman ini didengar oleh para anggota dari 4.Batterie / Gebirgs-Artillerie-Regiment 118 / 6.Gebirgs-Division yang bermarkas di Signaldalen. Oberst Josef Remold, Komandan Divisi, segera mengeluarkan surat perintah tandingan: "6. Gebirgs-Division tidak akan mengikuti perintah ini, dan para prajuritnya dilarang untuk menyerah. Mendengarkan radio juga tidak diperbolehkan. Salam hormat Jerman tetap digunakan! Oberst Remold. Heil Hitler!" Perintah tegas ini ternyata tidak dipedulikan oleh prajurit-prajurit artileri gunung dari 4. Batterie, yang sebagian besar berasal dari Austria. Mereka membunuh komandannya sendiri, Hauptmann Dirmbacher serta Oberleutnant Fromm, dan kemudian melarikan diri dalam dua grup dengan dipimpin oleh Obergefreiter Bruckner. Grup pertama yang beranggotakan 48 orang berhasil mencapai perbatasan Swedia, tapi grup kedua yang beranggotakan 11 orang kemudian ditangkap oleh patroli Jerman. Atas perintah dari General der Gebirgstruppe Ferdinand Jodl (Oberbefehlshaber Armee-Abteilung Narvik), empat diantara mereka - yaitu Rudolf Zatsch, Josef Wenzl, Leopold Wickenhauser dan Hartmut Feyertag - dieksekusi pada tanggal 10 Mei 1945, dua hari setelah Jerman secara resmi menyerah dalam Perang Dunia II. Kasus ini sendiri kemudian disebut sebagai "Pemberontakan Signaldalen"


Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2013/07/album-foto-6-gebirgs-division.html
https://www.axishistory.com/books/124-germany-waffen-ss/germany-waffen-ss-other/1525-mutinies-in-the-wehrmacht-a-waffen-ss

Prajurit Gebirgsjäger di Norwegia

  Sekelompok prajurit Gebirgsjäger (Pasukan Gunung) dari III.Bataillon / Gebirgsjäger-Regiment 136 / 2.Gebirgs-Division di Norwegia, musim panas tahun 1942. Foto ini diambil oleh Hugo Krause, salah seorang anggota dari batalyon tersebut yang juga adalah seorang fotografer amatir. GJR136 dibentuk pada tanggal 1 Agustus 1938 dari mantan anggota Tyrol Jäger-Regiment, yang merupakan resimen Angkatan Darat Austria yang bermarkas di Innsbruck. Batalyon Ketiga sendiri dibentuk di Landeck, sementara Batalyon Keduanya saat itu masih belum ada. GJR136 lalu ditempatkan di bawah komando 2. Gebirgs-Division sampai dengan akhir perang. Tak lama setelahnya, II.Bataillon / Gebirgsjäger-Regiment 140 dipindahkan ke GJR136 dan pada tanggal 1 April 1940 dinamai ulang menjadi II.Bataillon / Gebirgsjäger-Regiment 136. Unit pelatihan resimen adalah I.Bataillon / Gebirgsjäger-Ersatz-Regiment 136, yang kemudian dinamai ulang juga menjadi Reserve-Gebirgsjäger-Regiment 136. 2. Gebirgs-Division memulai aksinya di Polandia pada bulan September 1939, diikuti oleh Norwegia pada musim panas 1940. Hanya beberapa elemen dari GJR136 yang terlibat dalam kampanye militer di Norwegia, utamanya adalah dua kompi yang secara khusus mendapat pelatihan parasut dan kemudian diterjunkan (satu kompi masing-masing) di kota Tromsø, tak lama setelah Norwegia menyerah pada bulan Juni 1940. Hal ini tetap digolongkan sebagai penerjunan operasional sehingga mereka yang terlibat mendapatkan Heeres-Fallschirmschützen-Abzeichen (Medali Terjun Payung Angkatan Darat). Dari musim panas 1940 s/d Juni 1941, GJR136, bersama dengan unit-unit yang tergabung dalam Gebirgskorps Norwegen, mendapat tugas penjagaan di Norwegia Utara. Korps Gunung tersebut kemudian melintasi perbatasan Norwegia/Finlandia pada tanggal 22 Juni 1941 dan seminggu kemudian memasuki wilayah Uni Soviet dengan tujuan mencapai wilayah Murmansk. Hal itu tak pernah terjadi, dan pada musim gugur 1941 kedua belah pihak "diam ditempat masing-masing" dalam peperangan statis yang berlangsung selama tiga tahun, yang hanya berjarak 30-40 kilometer dari kota pelabuhan tersebut. Pada tanggal 7 Oktober 1944 pihak Soviet melancarkan serangan besar-besaran melawan apa yang sekarang dinamakan sebagai XIX. Gebirgskorps (terdiri dari 2. dan 6. Gebirgs-Division serta beberapa unit lain yang lebih kecil). Ofensif ini membuat Jerman menarik mundur pasukannya sampai ke Norwegia, yang berlangsung selama tiga minggu sampai akhirnya kedua belah pihak menghentikan kontak senjata sekitar 160 kilometer didalam wilayah Norwegia. 2. Gebirgs-Division kemudian ditarik mundur ke Eropa Daratan dimana mereka bertempur sampai dengan akhir perang. GJR136 mempunyai satu orang Ritterkreuzträger (peraih Ritterkreuz): Hauptmann Otto Stampfer, yang mendapatkannya pada tanggal 23 Juli 1942 saat bertugas di III./GJR136. Selain Ritterkreuz Stampfer, resimen tersebut juga mempunyai delapan orang peraih Deutsches Kreuz in Gold serta satu orang peraih Ehrenblattspange


Sumber :
http://alifrafikkhan.blogspot.com/2014/01/album-foto-2-gebirgs-division.html

Rommel Komandan 7. Panzer-Division

 Generalmajor Erwin Rommel ditunjuk untuk menjadi Komandan 7. Panzer-Division menggantikan Generalleutnant Georg Stumme pada bulan Februari 1940. Pada awalnya dia menimbulkan kesan yang tidak terlalu menjanjikan saat - di hari pertama kedatangannya - memberi hormat kepada para komandan seniornya dengan salam Nazi dan bukannya hormat militer biasa (meskipun pada akhirnya Rommel dipaksa untuk bunuh diri pada tahun 1944 karena dituduh terlibat dalam gerakan anti-Hitler, tapi pada tahun 1939 dia adalah Kepala Batalyon Bodyguard Hitler dan, karenanya, telah menjelma menjadi seorang fanatik Nazi pada tahun 1940). Sang Komandan Divisi "newbie" juga membuat tersinggung para perwiranya saat mengatakan bahwa sebagian besar anggota 7. Panzer-Division berasal dari Thuringia, wilayah yang dianggap jarang menghasilkan prajurit yang berkualitas! Belum cukup, Rommel langsung memerintahkan inspeksi umum seluruh pasukan pada keesokan harinya – yang kebetulan jatuh pada hari Minggu – yang merupakan hal yang tidak biasa dilakukan dan, karenanya, sangat tidak disukai oleh para prajurit. Semua kejadian ini, ditambah dengan fakta bahwa Rommel dianggap sebagai “titipan Hitler” belaka dan tidak mempunyai pengalaman di unit lapis baja sama sekali, membuat sebagian besar perwira 7. Panzer-Division membencinya. Rommel pun menyadari akan hal ini, dan dia mengatasinya dalam satu tindakan drastis: pada tanggal 29 Februari 1940 Rommel secara tiba-tiba memecat seorang komandan batalyon yang dianggap ngeyel, dan membuatnya meninggalkan markas divisi hanya dalam tempo satu jam setengah! Tindakan tanpa telorasin eh toleransi ini membuat shock seisi divisi, dan memaksa mereka untuk mematuhi instruksi-instruksi Rommel selanjutnya – pada awalnya dengan terpaksa, tapi kemudian dilakukan dengan sepenuh hati ketika melihat sang Divisionskommandeur selalu berada paling depan dalam setiap pertempuran, tak gengsi untuk tidur di tenda beralaskan rumput, serta memakan ransum yang sama yang dimakan oleh prajurit dengan pangkat terendah dalam pasukannya...


Sumber :

Buku "Rommel's Lieutenants: The Men Who Served the Desert Fox" karya Samuel W. Mitcham

Oberstleutnant Kräutler dalam Operasi Barbarossa

Oberstleutnant Mathias Kräutler (Kommandeur II.Bataillon / Gebirgsjäger-Regiment 137 / 2.Gebirgs-Division) menyempatkan diri untuk mempelajari peta menggunakan kartentaschenlupe (kaca pembesar), saat unitnya terjebak di tengah kemacetan dalam gerak maju ke Uni Soviet di musim panas tahun 1941. Kräutler sendiri adalah seorang perwira asal Austria yang otomatis menjadi anggota Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Nazi Jerman) saat negaranya melakukan "Anschluss" - alias penyatuan - dengan Jerman pada tahun 1938. Dia juga adalah veteran Perang Dunia Pertama yang pernah bertempur melawan tentara Kekaisaran Rusia di Front Timur. Kesannya begitu mendalam terhadap prajurit-prajurit yang menjadi musuhnya dalam pertempuran beberapa dekade sebelumnya ini: "Mereka adalah orang-orang sederhana yang dibesarkan dengan baik, selalu terlihat ceria walaupun sebagian besar dari mereka adalah orang-orang miskin, dan kamu bisa ngobrol dengan mudahnya kepada mereka layaknya sahabat lama," kenangnya, sebelum melanjutkan, "Dan inilah dia, sekarang yang menghadapi kami adalah orang-orang bersenjata lengkap yang berdisiplin tinggi serta dipimpin oleh perwira mereka secara brutal dalam setiap pertempuran." ('Blitzkrieg Unleashed' karya Richard Hargreaves halaman 202)


Sumber :
https://de.metapedia.org/wiki/Kr%C3%A4utler,_Mathias_Ferdinand?__cf_chl_jschl_tk__=61895525b90d17f7cddc4c4ec700b02326fad402-1578792729-0-AcdEwEQYDzp3yLhvvkikNV5TQK2yaASXHPDtPFmRQnrhcRr5ST81nwEvRSfYKN4VR42iyY2bA4v2-BfjzXUsszDCl843pkLhpF25obY3Dinn8cIHR1qEhpjWn-GWbb76uZKvzU4jLiGX-otKl_w94tXJRsuiB_7jPmf9L6dClXkUDdpfcoszb6YIKNDixOsnYl19ksre_u3jOX54zOcf2ARRo19iMQykLIDjwOgUE67EV6qRBNKsLPONmD2UjeNCb2rrMYLkpiku9VxjVycKk43PbcelQhaxvztidCzuBvjwYr0vRr7ALv3ou36WWu1hdA